Koneksi Antar Materi 3.1.a.8_Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran.
Oleh
Saiful Jamil, S.Pd.
Calon
Guru Penggerak Kab Tanggamus Angkatan I
Assalamualaikum
wr.wb
Salam
dan Bahagia
Bapak/
Ibu Program Pendidikan Guru Penggerak
Guru
sebagai seorang yang digugu dan ditiru, merupakan sebuah jargon sekaligus citra
yang masih melekat pada setiap pandangan masyarakat. Masyarakat sekolah
terutama wali murid hingga kini dan hingga yang akan dating masih menaruh
impian yang besar kepada guru dalam memberikan Pendidikan, pengajaran dan
bimbingan bagi putera-puterinya, yang ia titipkan pada lembaga-lembaga
pendidikan. Sekolah Sebagai lembaga
Pendidikan formal berperan dalam memajukan Sumber Daya Manusia yang di dalamnya
terdapat Kegiatan proses belajar mengajar sekalius mendidik, melatih yang
teratur dan terencana. Agar kegiatan proses belajar mengajar efektif dan efesien
maka harus ada sosok pemimpin pembelajaraan yang mengatur dan mengelola
proses tersebut. Dan kesemuanya itu tentunya selaras dengan Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018: Tugas Pokok dan Fungsi
Guru dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen,.
Dalam
impelemntasinya di sekolah, lalu, siapakah Pemimpin yang di maksud? Guru
Sebagai Pemimpin (Manager) adalah Motor penggerak bagi muridnya Seorang
pemimpin pembelajaran perlu melaksanakan langkah-langkah pengambilan keputusan
dalam mengelaborasi dan mengkolaburasi metode pembelajaran yang berpihak pada
murid. Pengambilan keputusan pemimpin pembelajaran yang diambil guru akan menentukan arah dan tujuan pembelajaran akan menjadi
bermakna bagi anak jika di lakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan
rasa aman bagi anak hal itu di sebut dengan Well Being ekosistem
Pendidikan.
Lalu
Bagaimana caranya? Ki Hajar Dewantara dalam filosofinya dapat kita petik bahwa Sistem
Among merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan karena merupakan metode
Pengajaran dan Pendidikan yang berdasarkan pada Asih, Asah dan Asuh (Care
and dedication Based on Love ) guru dapat menerapkan Sistem Among dalam
Pembelajaran tentu dengan tetap pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu dengan
memperhatikan dan memosisikan murid pada 2 hal yaitu kodrat alam dan kodrat
zaman serta Triloka Pendidikan.
Patrap Triloka Ki Hajar Dewantara Pada sistem among yaitu :
Ing
Ngarso Sung tulodho artinya di depan memberi teladan, dan mecontohkan
pengambilan keputusan yang baik. Seorang pemimpin atau guru haruslah memberikan tauladan yang
baik bagi murid dan bagi orang yang di pimpinnya.
Guru
menjadi inspirasi pengambilan keputusan dalam belajar dan dalam kehidupan
sehari-hari bagi murid dan warga sekolah di sekitarnya.
Patrap Triloka yang kedua yaitu
Ing Madya Mangun Karsa artinya di tengah membangun
kemauan/inisiatif, yaitu Pemimpin atau guru harus bisa bekerjasama dengan
orang yang didiknya atau muridnya. Guru membangun dan mempererat hubungan
antara guru dengan murid namun dengan norma dan etika pendidikan dalam
membangun karsa atau minat siswa sesuai dengan mempertimbangkan keputusan yang
telah diambil.
Patrap Triloka yang ketiga Yaitu
Tut Wuri Handayani artinya di belakang, seorang guru harus mampu memberikan
dorongan, Guru Sebagai pemimpin berlaku sebagai motivator untuk memotivasi baik
instrinsik dan ekstrinsik murid dan mengembangkan setiap potensi yang di
milikinya.
Dalam mewujudkan patrap triloka tersebut di atas, tentunya terdapat
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh seorang guru. Maka dalam hal ini daya
lenting seorang guru sangat dibutuhkan untuk menjawab semua tantangan tersebut.
Tantangan harus dihadapi dengan bijak dan dengan cara
pengambilan keputusan terhadap setiap tantangan dengan baik dan tepat. Dalam
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, Calon Guru Penggerak bisa saja
atau bahkan sering mengalami dan dihadapkan sebuah situasi Dilema Etika maupun
Bujukan Moral Sebagai pemimpin pembelajaran di Sekolah. Dalam konteks ini maka
seorang guru harus bisa membedakan dilema etika dan bujukan moral, agar dalam
pengambilan keputusan dapat diputuskan dengan baik, dengan berdasarkan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
Lalu, Apa Bedanya Dilema Etika atau Bujukan Moral?
Dilema Etika Merupakan Situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih
antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar tetapi
bertentangan.
Sedangkan Bujuk Moral merupakan Situasi yang terjadi ketika seseorang harus
membuat keputusan antara benar atau salah .
Di sinilah diperlukan Nilai Guru Penggerak
Nilai tersebut akan sangat mempengaruhi keputusan yang di ambil kemauan
diri untuk terus belajar secara mandiri berkolaborasi bersama rekan sejawat
yang satu frekuensi dan selalu mencoba berinovasi dan merefle ksi tiap langkah
yang telah dilakukan akan menjadi kekuatan dan kompetensi diri untuk mencapai
keberpihakan kepada murid. Pengambilan keputusan pembelajaran yang tepat akan
menciptakan lingkungan yang positif kondusif aman dan nyaman mencapai arah dan
tujuan pembelajaran berikut merupakan 9 langkah pengambilan Keputusan:
1.
Mengenali nilai-nilai yang
bertentangan
2.
Menetukan
Siapa yang terlibat dalam situasi
3.
Mengumpulkan fakta-fakta
4.
Pengujian Benar atau Salah
5.
Pengujian paradigma
6.
Prinsip resolusi
7.
Investigasi Opsi trilema
8.
Menbuat Keputusan
9.
Meninjau dan merefleksi
keputusan
Dalam
pelaksanaannya, tentu saja ada hal-hal yang membuat kita dihadapkan pada
situasi pilihan antara benar lawan benar, dan benar lawan salah. Dalam Teknik
Coaching dikenal dengan istilah Efektif atau tidaknya pengambilan keputusan
dapat di lakukan dengan teknik coaching.
Teknik
Coaching akan menjawab pertanyaan dalam diri untuk memunculkan potensi diri
dalam menyelesaikan situasi yang menimbulkan dilema bagi guru sebagai pemimpin
pembelajaran, kesulitan yang terjadi adalah ketika kita menghadapi situasi dilema
etika akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti Cinta
dan kasih sayang, Kebenaran, keadilan, Kebebasan, Persatuan toleransi, tanggung
jawab, dan penghargaan akan hidup Paradigma pada situasi dilema etika yang
dapat terjadi dalam pengambilan keputusan yaitu Individu Vs Masyakat, Rasa
keadilan Vs Lawan rasa kasihan, Kebenaran Lawan Kesetiaan, dan Jangka pendek
Lawan jangka Panjang.
Untuk
menyelesaikannya Prinsip pengambilan keputusan yang dapat di pakai guru sebagai
acuan dalam mengambil keputusan adalah
Berpikir Berbasis Hasil Akhir
dimana segala keputusan di tentukan dengan konsekuensi atau hasil dari suatu
tindakan.
Berpikir Berbasis Peraturan
Berpikir Berbasis Rasa Peduli dengan
berpikir berbasis rasa kepedulian itulah Guru mencoba memberikan kesempatan kepada anak
untuk merrdeka Belajar. Belajar menjadi sesuatu hal yang menyenangkan dan
bermakna di kelas maupun di luar kelas. membuat setiap momen belajar adalah
sebuah permainan yang penuh tantangan memberikan kesempatan kepada mereka untuk
bertanya mencoba, menghasilkan sebuah karya yang berguna untuk kita semua.
Meyakinkan mereka untuk ikut berlomba dan menginspirasi dunia dengan begitu
Niscaya bahagialah mereka karena ingin
di saat pendidik itu hadir dan mereka punya banyak cerita, punya banyak
laksana dan punya sejuta karya Mengajarkan anak menghitung itu baik namun
mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik
Salam
dan bahagia
Guru
penggerak Merrdeka Belajar
Kesimpulan
Guru
sebagai penuntun, teladan, dan pemimpin pembelajaran, harus mampu meningkatkan
kemampuan pengambilan keuputusan dengan mempertimbangkan kebutuhan murid sesuai
dengan kodratnya. Proses coaching
berperan penting dalam penghambaan kepada murid dengan cara menerapkan pembelajaran
berpihak pada murid.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah memberikan komentarnya