Mengenai Saya

Foto saya
Tabik Pun, Saya Saiful Jamil mari berkolaborasi dan berbagi praktik baik

Rabu, 28 Oktober 2020

Puisi "Fotosintesis Pedagogis"

"Fotosintesis Pedagogis"

Karya : Saiful Jamil


Masa menyapa kala sepoi dari barat menghentak pucuk, 

sepoi timur menyeruak menghujam batang

Sepoi itu ada disini, tak jauh... 

Hanya kau dan aku tak pernah bukakan mata 

dan menempatkan kata dalam katupan bibir


Entah apa sehingga 03 Juli 1922, 

baru terbuka lembar pertama Oktober 2020

Ya, aku tak tahu, karena ku sama seperti mereka, 

sebagai daun terserah pada angin

Tapi setidaknya aku tahu fungsiku, 

merindangkan ia dalam naungku


Perlahan sinarnya terasa  fotosintesiskan, 

stomata berespirasi walau sekian daun telah jauh jatuh terbawa angin, 

tergulung sampah, terkubur tanah

Tanah ini masih subur

Masih ada celah tuk menabur

Benih masih menyeringai diantara embun


Bangun dan bergeraklah nampakkan sinar penghangat pagi

Bergerak dan embanlah gayung itu ada di tanganmu sejukkan alam


Siangilah gelap, 

teduhkanlah terik, 

semoga air jatuh pada tempat yang tepat, 

dan suburkan lapis tanah berbenih indah





Selasa, 27 Oktober 2020

SINTESIS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

 

Sintesis Berbagai Materi Modul 1.1. Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

Oleh

 

Saiful Jamil, S.Pd.

(SD Negeri 1 Srimenganten Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus)

 

 

 

Salam Sehat, dan Salam Bahagia!

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1.? Karakter siswa di dalam kelas terutama dalam menanggapi materi sangatlah beragam, pembelajaran dengan materi yang sama dihadapkan pada siswa yang mempunyai karakter berbeda menjadikan suatu masalah yang lumrah dan biasa. Hal ini terjadi karena pendidik hanya menggunakan dan memahami cara-cara atau metode konvensional dan bahkan pembelajaran yang kaku, pasif dan hanya berlangsung satu arah. 

Pengetahuan dan pemahaman pendidik cenderung mengejar target materi yang harus tersampaikan sesuai dengan buku dan modul yang didapat tanpa melalui analisis profil peserta didik. Pembelajaran dilangsungkan sesuai dengan kehendak pendidik dan seolah memaksa peserta didik untuk tunduk dan mengikuti apa yang diinginkan pendidik tanpa mempertimbangkan keadaan peserta didik baik dari sisi kognisi dan nonkoginisi peserta didik.

Dengan pemberlakuan pembelajaran yang sedemikian di atas, tak ayal membuat guru  cenderung menyalahkan secara sepihak dan tak jarang menyebutnya masalahnya ada di pihak peserta didik tanpa mau merefleksi diri, tentang bagaimana ia melakukan hal-hal yang baru yang dapat mengubah situasi pembelajaran yang membuat peserta didik nyaman. Guru cenderung memaksakan kehendaknya pada materi yang diajarkan dan membuat sanksi-sanksi berupa hukuman sebagai bentuk frustasi atas kegagalan yang sengaja menutupi kelemahannya dalam proses pembelajaran. Lebih mirisnya lagi, sanksi berupa hukuman tersebut sama sekali tidak membangun karakter peserta didik kearah profil pelajar pancasila.

Guru selalu berorientasi pada hasil bahkan mengabaikan proses dan kesungguhan peserta didik dalam memahami apa yang sedang dituju dalam pembelajaran. Orientasi kepada nilai berupa angka-angka menjadikan guru tidak balance dalam memberikan perhatian kepada peserta didik. Maka, yang terjadi adalah ketimpangan dan tidak meratanya pengembangan potensi peserta didik.

Pada masa pendemi ini, seakan menjadi tantangan baik bagi guru dan begitupula bagi seorang peserta didik. belum selesai masalah pembelajaran seperti biasanya yaitu tatap muka dengan berbagai persoalannya, kini muncul tantangan baru yaitu bagaimana cara agar pembelajaran dapat terus berlangsung di tengah pandemi.

Dalam hal ini, inovasi seorang pendidik sangat dibutuhkan dan menjadi tantangan yang harus dihadapi.  Hal ini menimbukkan dampak yang beragam baik untuk untuk seorang pendidik dan peserta didik. adapun dampak yang terjadi pada seorang pendidik dan peserta didik adalah:

1.      Bagi guru yang tidak mampu dan tidak memiliki kemauan dalam berinovasi menghadapi tantangan akan merasa sulit beradaptasi dan menimbulkan pembiaran terhadap peserta didik dengan menerapkan pembelajaran yang hanya mengandalkan buku yang dibagikan, sehingga siswa hanya mengandalakan ketercapaian pencatatan buku yang telah dibagikan.

2.      Bagi guru yang mau dan mampu menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan berbagai variasinya akan menjadi tambahan pengetahuan sehingga menjadikan tatangan yang menarik untuk dilaksanakan dan menjadikan pembelajaran peserta didik menjadi lebih bermakna.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?. Dengan mempelajari pemikiran dan filosofi yang di gagas oleh Ki Hajar Dewantara, saya mencoba untuk memahami dan memaknai apa beberapa pemikiran seperti ;

1.      Guru Ibarat Petani

Ki Hajar Dewantara mengibaratkan seorang guru sebagai seorang petani yang harus mampu mengolah lahan pertaniannya baik dari cara mengolah lahan agar subur, menyirami tanaman, memupuk dan menyianginya agar tanaman subur dan membuahkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.      Tringa (Ngerti, Ngrasa, Nglakoni) selaras dengan trilogi Cipta, Rasa, Karsa (Globaliteit Psychologie). Ngerti berarti siswa memahami, Ngerasa berarti siswa merasakan, Ngelakoni siswa memperbuat atau melakukan dan dalam hal ini penulis memahaminya bahwa pendidikan harus didasarkan pada mengalami dengan mengamali.

3.      Berhamba kepada Sang Anak, berarti bahwa sebagai guru hendaknya memperhatikan dan memprioritaskan apa yang menjadi kepentingan anak dengan tanpa mengharapkan timbale balik materi, secara tulus ikhlas dalam mendidik, dan dalam hal ini menulis memahami bahwa dengan berhamba kepada anak dapat diartikan juga berhamba atau mengabdi kepada bangsa dan negara.

4.      Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani yang berarti di depan memberi contoh. Seorang guru sudah sepatutnya menjadi sosok yang diguru dan ditiru oleh peserta didik khususnya, dan umumnya bagi masyarakat, Ing Madyo Mangun Karso, di tengah memberi semangat, guru harus mampu memberikan apresiasi berbagai karakter yang dimiliki anak dengan wujud berusaha menumbuhkembangkan bakat dan minat siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang memberikan dorongan, guru harus mau dan mampu memotivasi apa yang menjadi cikal bakal potensi baik yang telah ada, maupun menggali potensi peserta didik.

5.      Trikon

Trikon adalah akronim dari Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris, secara singkat kontinuitas berarti pendidikan dan pembelajaran secara merdeka harus berkesinambungan dan tidak stagnan, konvergensi berarti tidak menutup diri dari pengetahuan yang terbarukan dari berbagai sumber, tetapi harus konsentris, yaitu yang berarti apapun pengetahuan-pengetahuan baru yang telah didapatkan, kita harus tetap berpegang teguh kepada kepribadian dan cirri khas bangsa kita sendiri yaitu bangsa Indonesia.

6.      Sistem Among

Sistem ini adalah metode yang sesuai untuk diterapkan kepada peserta didik, karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada pola asih, asah, dan asuh. Guru tidak lagi menggunakan paksaan, tapi memberikan pemahaman sehingga peserta didik mengerti dan memahami yang terbaik bagi diri dan lingkungan masyarakatnya.

7.      Merdeka Belajar

Ki Hadjar Dewantara berulang kali menekankan tentang kemerdekaan dalam belajar. Dalam hal ini berarti peserta didik diberikan ruang dan kepercayaan yang seluas-luasnya dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun dengan tetap diarahkan dan dipantau oleh guru. Guru mencermati garis kodrat kemampuan murid agar jiwanya merdeka lahir batin. Belajar menyenangkan memberi ruang bagi murid untuk merdeka dalam belajarnya. Seorang guru sebagai penuntun bagi tumbuh kembang peserta didik sekaligus sebagai “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya, sehingga selamat dan bahagia hidupnya baik masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Dari paparan di atas, maka jelaslah penulis mencoba dan berusaha menerapkan apa yang telah dipelajari untuk diterapkan kepada peserta didik, seperti menjadikan peserta didik sebagai anak kandung sendiri,  memperlakukan anak dengan memberikan pendidikan yang tulus ikhlas, tanpa pamrih, membuat pembelajaran berasas tringa dan trikon dengan sistem among agar menjadikan pembelajaran yang merdeka.

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?  dengan mencoba menerapkan materi yang telah di pelajari di kelas untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang dalam hal ini penulis membuat sebuah pembelajaran khusunya pada masa pandemi ini dengan nama “Jaring Teri” yaitu Pembelajaran Daring dengan Tema Sehari-hari dengan diiringi oleh asas trikon, sehingga menjadikan ssebuah pembelajaran yang benar-benar merdeka dalam belajar sehingga nantinya menjadikan manusi yang memiliki karakter sesuai dengan profil pelajar  pancasila. Adapun konsep “Jaring Teri” ini adalah dengan rancang sebagai berikut ;

Judul Modul      : Jaring Teri (Pembelajaran Daring dengan Tema Sehari-hari)

Nama Peserta    : Saiful Jamil

1.      Latar Belakang:

a)      Pembelajaran daring karena dalam masa pandemi

b)      Kepemilikan sarana yang minim

c)      Pembelajaran masih konvensional

d)     Pembelajaran dengan cara mengamali dengan mengalami

2.      Tujuan:

(Apa dampak yang pada murid ingin dilihat dari rancangan tindakan ini?)

a)      Pembelajaran tidak hanya teori yang tertuang dalam buku tetapi lebih kepada penerapan dalam kehidupan sehari-hari

b)      Peserta didik  diberikan kebebasan menerapkan pembelajaran sesuai aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan ketaatan dalam beribadah, beradab, dan berbudi pekerti di rumah dan di lingkungan sekitar

 

3.      Tolak Ukur

(Bukti apa yang dapat dijadikan indikator bahwa tindakan ini berjalan dengan baik?)

a)      Peserta didik tetap mendapatkan pembelajaran di tengah masa pandemi

b)      Peserta didik mendapatkan pembelajaran  yang tidak terlalu formatif dan membosankan

c)      Peserta didik mendapatkan kebebasan belajar sesuai dengan aktifitasnya dengan memperhatikan kurikulum

d)     Peserta didik mampu menunjukkan aktifitasnya  sehari-hari dengan mendokumentasikannya dalam jadwal dan foto kegiatan dengan mengedepankan profil  pelajar pancasila

 

4.      Linimasa tindakan yang akan dilakukan:

a)      Memulai penjajakan pendapat orang tua siswa dengan kuisioner tentang bagaimana agar pembelajaran tetap berlangsung (Tripusat 1, November 2020  Minggu Ke- 1)

b)      Bekerjasama dengan alumni dan masyarakat  yang memiliki gawai (Tripusat 2, November 2020  Minggu Ke-2)

c)      Merancang aplikasi pembelajaran daring dengan basis rancang belajar mengutamakan ketaatan dalam beribadah, adab dan budi pekerti (November 2020 Minggu Ke-3 )

d)     Menerapkan pembelajaran daring tema sehari-hari yang dikaitkan melalui tema  materi dalam kehidupan sehari-hari dengan merdeka belajar dengan asas trikon (November 2020 Minggu Ke-4, dst)

 

5.      Dukungan yang dibutuhkan

(Apa saja bahan, alat, atau tenaga yang anda butuhkan untuk menjalankan tindakan? Bagaimana anda mendapatkannya?)

a)      Kerjasama dengan masyarakat dan alumni yang rumahnya berdekatan dengan siswa yang tidak memiliki gawai

b)      Membuat rancang pembelajaran daring yang bisa diakses oleh beberapa siswa dengan 1 gawai

c)      Kerjasama dengan para orang tua tentang  pemahaman materi yang dibuat

Cara:

a)      Menghubungi alumni dan masyarakat tentang kesanggupan meminjamkan gawai saat pembelajaran berlangsung

b)      Membuat pembelajaran yang  mudah diakses

 

Salam Sehat, dan Salam Bahagia!

 

Sabtu, 24 Oktober 2020

PUISI CGP

 

Jati Diri Kini Kembali

 

 

Kini ku mulai temukanmu

Strataku tak pernah gali pemikiranmu

Tri rahayumu, Trikonmu

Dua ing dan satu tutmu yang kental dengan topi anak itu

 

Konvergensi kini membukti diri

Konvergensi bukan berarti kehilangan jati diri

Hambakan diri bentuk abdi pada negeri

Bintangkan Ia di atas buku pertiwi

Bukan hanya pemberi kutip dalam setiap skripsi

 

Merdeka belajar harus beredar

Yang dikejar bukanlah gelar

Dan tentu tak hanya pintar

 

Kodrat alam jangan diancam

Jangan biarkan ia tenggelam

Justru itu pertanda saham

Kodrat zaman bukan ancaman

Justru buatlah ia nyaman

 

Terimakasih Raden Mas Soewardi Soeryaningrat

Abdimu kan slalu tercatat

Kau kan slalu ku ingat

Kaulah pendidik rakyat

 

 

Saiful Jamil

CGP_Tanggamus

22 Okbober 2020

 channel youtube klik ini

Senin, 19 Oktober 2020

Aplikasi BDR

Klik disini

 Kl


ik

PENGALAMANKU DI MASA PANDEMI

 


PENGALAMAN PJJ di ERA PANDEMI COVID-19

 

GURU “TEACH MUST GO ON”

Oleh : SAIFUL JAMIL

 

 

 

Masih teringat dengan jelas, 18 Maret 2020 di Kabupaten kami yaitu Kabupaten Tanggamus diumumkan melalui whatsapp bahwa pembelajaran dialihkan di rumah siswa masing-masing (PJJ), padahal siswa-siswi di SDN 1 Srimenganten Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus sedang melaksanakan UTS (Ujian tengah Semester) Tahun pelajaran 2019/2020. Pagi itu, sekira pukul 09.30 berita itu beredar, berita yang biasanya didengar melalui televisi kini telah nyata dirasakan di kampung yang jauh dari keramaian. Pembelajaran seperti ini memang adalah sesuatu yang baru. Tidak hanya proses pembelajaran, administrasipun berubah, seperti dari mulai pembuatan jadwal, hingga pelaporan proses belajar mengajar. Hal ini dirasakan seluruh pengajar dan pelajar secara nasional bahkan internasional. Bahkan menurut data yang bersumber dari media lebih dari 90% populasi siswa di seluruh dunia (lebih dari 1,3 milyar) harus belajar dari rumah (UNESCO, 2020), 96.6% siswa belajar dari rumah (Kemendikbud, 2020) dan tentunya data ini termasuk SDN 1 Srimenganten Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.

 

Selama belasan tahun mengajar, memang pernah merasakan dan melaksnaakan home visit atau mengunjungi rumah untuk melaksanakan pembelajaran, tapi hanya dilakukan sesekali saja dalam rangka bimbingan konseling. Namun, home visit ini kini bertaambah fungsi dengan melakukan PBM yang terbatas oleh ruang dan waktu. Kami guru, tentunya tidak boleh pasif terhadap kebijakan yang tengah  diberlakukan sambil berharap pandemi cepat berlalu, dan kembali kepada aktifitas PBM seperti biasa. Satu bulan setelah PJJ dilaksanakan, kekhawatiran muncul ketika Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus melalui KaSPLP Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus  menyampaikan bahwa PJJ akibat pandemi ini diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun pelajaran baru yaitu 2020/2021.  Untuk beberapa saat, mungkin saya yang merasakan, bagaimana ini bisa terjadi pada pendidikan di desa yang asri ini?.  Apa yang harus saya perbuat dalam menghadapi situasi yang tidak menentu ini?. Padahal sebagai wali kelas 6, saya hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk menuntaskan materi dalam menghadapi ujian sekolah yang nantinya harus saya antarkan menuju jenjang pendidikan berikutnya. 

 

Kebingungan terhadap evaluasi ujian sekolah muncul, apa yang hendak ditulis pada ijazah jika ujian sekolah tidak dilaksanakan, inisiasipun muncul bagaimana cara menegaskan kepada siswa bahwa mereka akan memperoleh ijasah dengan evaluasi yang wajar dan normal, bukan hanya mendapatkan sehelai kertas tanpa melalui ujian yang seperti biasanya.  Pembuatan aplikasi ujian sekolah sederhana berbasis androidpun dilakukan dengan dukungan google form agar siswa merasa mendapatkan ijasah tidak dengan acara yang kurang memuaskan peserta didik.

 

Dengan berjalannya waktu, pandemi masih berlangsung, pada tahun pelajaran 2020/2021 berbagai kendala yang dihadapi bermunculan terutama pada proses penyampaian pembelajaran.  Baik dalam hal komunikasi yang minim dengan peserta didik, hingga sarana dan prasarana dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Bukan lagi rahasia umum, bahwa sarana dalam PJJ tentunya tidak terlepas dari alat dan media yang membutuhkan jaringan seperti halnya gadget dan prasarana lainnya yaitu jaringan. Menurut Survei Belajar dari Rumah, Puslitjak Kemendikbud 2020 sebanyak 86,6% siswa di Indonesia baik daerah tertinggal maupun non-tertinggal lebih banyak belajar dengan mengerjakan tugas dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif hanya 38,8% (Kemendikbud, 2020). Di tempat kami, yang noabene kini sudah mempunyai jaringan 4G, tak menjamin berjalannya PJJ dengan mudah.  Ternyata permasalahan tidak hanya pada jaringan, keasadaran orang tua dan peserta didik dalam menjalani proses PJJpun bervariasi.  Pendekatan-pendekatan baik dalam analisis non-kognisi dan kognisipun dipetakan dalam rangka mempermudah menentukan asesmen yang baik dalam membangun keberlangsungan PJJ. Menurut  Survei Suara Guru pada Masa Pandemi Covid-19, GTK 2020 Pengeluaran biaya paket internet dan pulsa guru selama masa pandemk  rata-rata Rp.190.065 (Kemendikbud 2020).  Hal itupun sejalan dengan asesmen non-koginisi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada wali murid dan hasilnya cenderung sama, yaitu ada gadget, tetapi susahnya menganggarkan untuk biaya paket, dan yang lebih memprihatinkan adalah wali murid yang tidak mau membeli gadget dengan alasan ekonomi dan beranggapan gadget adalah penghambat aktifitas anak dan lebih kepada membuat anak bermalas-malasan. Tentunya dengan beberapa asesmen dan penumbuhan keasadaran sisi baik dari gadget, akhirnya ada beberapa wali murid yang tak sungkan lagi untuk menyediakan fasilitas gadget untuk pembelajaran putra-putrinya dalam masa PJJ.

 

Pada masa ini, guru dituntut untuk berusaha mencari solusi pembelajaran agar bisa keluar dari dilema PJJ.  Dilema tersebut adalah ketika guru dihadapkan pada pengambilan keputusan dalam memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran jarak jauh.  Karena tidak dapat dipungkiri, kesulitan ini dihadapi semua guru yang terimbas karena pandemi ini, hal ini sesuai survei yang telah dilakukan yaitu 53,55% guru kesulitan dalam manajemen kelas selama pembelajaran jarak jauh dan yang dominan terjadi adalah 48,45% guru kesulitan dalam menggunakan teknologi pembelajaran selama pembelajaran jarak jauh ( (GTK, 2020).

 

Dengan melakukan refleksi, maka penulis sedikit demi sedikit mulai mencari celah agar bagaimana pembelajaran jarak jauh ini harus tetap dilaksanakan.  Adapun yang telah dilakukan hingga saat ini adalah;

1)      Berusaha menyederhanakan tuntutan kurikulum yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa sesuai dengan profilnya yang diperoleh dari hasil asesmen non-kognisi dengan orang tua siswa dari berbagai aspek,

2)      Berusaha agar setiap arahan, petunjuk, pemberian tugas, dan instruksi-instruksi lainnya mengandung pendidikan dan pembelajaran yang bermakna, yang tidak hanya bersumber dari buku pelajaran, melainkan dari kegiatan siswa sehari-hari agar lebih bermakna,

3)      Berusaha memanfaatkan teknologi dan jaringan internet yaitu melalui pembelajaran yang menggunakan berbagai aplikasi seperti whatsapp, aplikasi google classroom, dan google drive (google form) dalam proses belajar dan evaluasi,  dengan setting pada google form tidak dibatasi satu tanggapan, hanya saja jika berkali-kali melakukan login atau pengerjaan evaluasi yang diambil adalah nilai minimal.

4)      Berusaha memberikan opsi lain, ketika siswa tidak memiliki akses internet karena keterbatasan baiaya pembelian paket internet dengan memanfaatkan messenger group (free) dari media sosial facebook dalam penyampaian informasi terkait proses pembelajaran.

5)      Berusaha menjalin hubungan dengan alumni ataupun aparat setempat (di mana terdapat siswa yang telah berkelompok/bertetangga) dalam rangka membantu penyampaian tugas khusus kepada siswa yang tidak mempunyai gadget, dan agar dapat meminjamkan gadgetnya selama proses evaluasi yang hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit.

 

Usaha yang telah dilakukan di atas, tentunya bukan semudah menuliskan uraiannya, konsep dan metode terkadang sering tak sesuai dengan harapan, namun setidaknya mendekati kepada tujuan.  Munculnya kendala baru, merupakan sebuah pembelajaran baru, dan mengatasi permasalahan yang baru menjadikan sebuah ilmu baru dari sebuah pengalaman yang tak terlupakan.  Guru harus tetap melaksanakan tugasnya sebagai guru. Wahai guru, “teach must go on” dan pendidikan dari seorang guru tidak akan tergantikan oleh aplikasi maya apapun.  Lalu bagaimana pendidikan ini dapat berdampingan dengan pembelajaran?.  Ini menjadi catatan kembali bagi seorang guru yang sebelum munculnya pandemi, sudah banyak bermunculan aplikasi pembelajaran online yang seakan akan menggerus eksistensi guru yang nyata dan bertatap muka.  Pandemi seakan mendukung beberapa pembuat aplikasi pembelajaran.  Pengetahuan itu penting, tapi mendapatkan pendidikan  itu juga sangat penting. 

 

Dalam menjalankan sebuah proses tentunya terdapat kekurangan dan kelebihan. Tak dapat dipungkiri, setiap alat membawa kebaikan dan keburukan dan hal itu tergantung bagaimana cara kita menggunakan dan memfungsikannya. Sebagai analogi, golok, jika kita gunakan untuk memotong kayu, merapikan pagar hidup, menebang pohon dan sebagainya tentunya mempunyai fungsi yang positif, tapi bila digunakan untuk melukai sesorang maka fungsinya berubah menjadi negatif, sama halnya  smartphone sebagai alat, memanglah alat yang pintar, lalu apakah dengan kepintarannya ia mampu mendidik? Tentu saja tidak!. Hal ini memunculkan celah kekurangan pada alat tersebut. 

 

Pada kenyataannya, orang tua wali murid, banyak yang berkeluh kesah terhadap pembelajaran jarak jauh ini, baik yang daring maupun dalam sistem luring.  Sehingga tak heran pemberitaan tentang PJJ daring dan luring sering kali menghiasi media dengan berbagai variasinya.  Bagaimana bisa itu terjadi? ada kala dengan alasan tujuan mendidik terkadang dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak mendidik, tingkat emosi orang tua yang sebenarnya kurang memahami bagaimana pembelajaran pengetahuan itu diberikan dan dengan metode apa pembelajaran itu disampaikan, membuat sebagian orang tua kewalahan dan banyak menimbukan efek yang berbeda-beda. Semua baru menyadari bahwa mendidik itu tidaklah mudah, mengajarpun tidaklah gampang.  Orang tua yang tidak begitu memperhatikan putra-putrinya dalam belajar, tentu akan memberikan kebebasan anak dalam menggunakan gadget selama 24 jam, dengan alasan alat sedang digunakan dalam belajar.  Pemahaman orang tua tentang gadget dan fungsinyapun seharusnya menjadi hal yang tidak kalah penting dalam memantau aplikasi atau browser apa saja yang telah digunakan oleh anak-anaknya. Lagi-lagi, tugas guru dalam meluruskan dan memberikan pengertian bahwa gadget adalah sebagai alat pembelajaran yang sangat penting jika kita bijak dalam penggunaannya.  Guru juga harus mampu meyakinkan siswa bahaya dari negatifnya penggunaan gadget dengan cara yang tidak bijak agar penggunaan oleh siswa dapat lebih efektif.

 

Dengan demikian, guru sebagai garda terdepan dalam membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur, yang harus mampu memberikan teladan yang baik dalam proses pembelajaran PJJ.  PJJ bukan berarti hanya mengajar, tetapi sekaligus mendidik, “mengajar dengan mendidik, dan mendidik dengan mengajar” PJJ jangan menjadi penghalang berinovasi dalam pembelajaran dan pendidikan, justru harus mampu menjadi pengembang pengetahuan baik secara pribadi khususnya dan umumnya berimbas kepada rekan sejawat baik tingkat lokal maupun nasional.

 

Melalui tulisan ini, penulis hanya mampu menyarankan kepada kita semua, agar dapat melaksanakan tugas sebagaimana biasa, hanya mungkin situasinya yang berbeda. Tugas kita adalah mendidik dan mengajar, sudah seyogyanya hal itu dilakukan dengan rasa ikhlas dan tangung jawab yang tinggi, agar citra pendidikan tetap baik dan bahkan meningkat lagi.  Isu-isu negatif tehadap pendidikan, sedikit demi sedikit kita kikis, dan kita tunjukkan bahwa guru itu tak akan tergantikan oleh pranala manapun. 

 

Puisi CGP

 

Rindu Hari Itu dan Kamu

 

Riuh suaramu belum terdengar dari ruang sana

Gelak tawa dan canda tak tergema

Kini, hilanglah sahutan jawab atas tanya

 

Rumput berdiri mengganti mungilnya kaki

Bendera berkibar tak tertemani

Aku berdiri hormat dengan sendiri

Tak ada yang menemani

 

Suara bel kini tak berbunyi

Bukan mati

 

Muridku, akupun sama, rinduimu

Ruang ini, masih terjaga hingga kelak kita kan jumpa lagi

Hanya sedikit debu yang kini harus aku lapi

 

Belajarmu harapanku

Kesungguhanmu semangatku

 

Jika aku tak mampu membuatmu pintar,

Maka bahagiakanlah aku dengan adabmu

Dan jika aku masih gagal dengan  itu

Ingatlah, bahwa aku pernah mengajarkannya

 

Abdiku masih denganmu,

Belajarlah dimana, kapan, dan dengan siapapun ka bersua, karena akupun masih begitu.

Gurumu.

Saiful Jamil, CGP TANGGAMUS

18-10-2020

 

 


 

Tri Ing Tri Rahayu

 

Guru itu mendidik, bukan menghardik

Guru mesti bergerak, terkadang meski merangkak

Guru itu mencetak, bukan tergeletak

 

Di bahumu tersimpan jutaan masa depan

Bukan sekedar gugur kewajiban

Bangkitlah! kemudian beri arahan

 

Ing ngarso sung tulodho …

Teladan guru sangat dibutuhkan

Bukan hanya tutur kata dan sapaan

Tapi dalam hati iklas, tulus berperan

 

Ing madyo mangun karso..

Kepalkan tangan berikan semangat

Tapi dengan nada jaga urat

Mungkin tiada tersumbat aliran keringat

 

Tut wuri handayani..

Berikan motivasimu sejak dini

Agar kelak tua tak menyesal di kemudian hari

Agar masa tuamu dan nya bahagia menanti

 

Kodrat alam menarikmu dari tenggelam

Kodrat zaman menyadarkanmu tentang harapan

 

Mendidik dengan hati bukan dengan ego

Ajarkan ia agar tak hanya membeo

 

Memayu hayuning sarira,

Jangan menyerah hingga kau dapati ia wujudkan dirinya, keluarganya, hidupnya  selamat dan bahagia,

Memayu hayuning bangsa

Wujudkanlah impianmu agar kelak ia memelukmu dengan bendera

Memayu hayuning bawana

Wujudkanlah agar ia dan panjimu berkibar hingga ujung dunia

 

Saiful Jamil, CGP TANGGAMUS

19 Oktober 2020

 

 

3 Nilai Peningkatan Kinerja Guru

  Nilai Peningkatan Kinerja Guru Berdasarkan inspirasi yang didapatkan, perubahan praktik guru di ruang kelas/satuan pendidikan: Pilihan Bel...