Selasa, 27 Oktober 2020

SINTESIS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

 

Sintesis Berbagai Materi Modul 1.1. Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

Oleh

 

Saiful Jamil, S.Pd.

(SD Negeri 1 Srimenganten Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus)

 

 

 

Salam Sehat, dan Salam Bahagia!

Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1.? Karakter siswa di dalam kelas terutama dalam menanggapi materi sangatlah beragam, pembelajaran dengan materi yang sama dihadapkan pada siswa yang mempunyai karakter berbeda menjadikan suatu masalah yang lumrah dan biasa. Hal ini terjadi karena pendidik hanya menggunakan dan memahami cara-cara atau metode konvensional dan bahkan pembelajaran yang kaku, pasif dan hanya berlangsung satu arah. 

Pengetahuan dan pemahaman pendidik cenderung mengejar target materi yang harus tersampaikan sesuai dengan buku dan modul yang didapat tanpa melalui analisis profil peserta didik. Pembelajaran dilangsungkan sesuai dengan kehendak pendidik dan seolah memaksa peserta didik untuk tunduk dan mengikuti apa yang diinginkan pendidik tanpa mempertimbangkan keadaan peserta didik baik dari sisi kognisi dan nonkoginisi peserta didik.

Dengan pemberlakuan pembelajaran yang sedemikian di atas, tak ayal membuat guru  cenderung menyalahkan secara sepihak dan tak jarang menyebutnya masalahnya ada di pihak peserta didik tanpa mau merefleksi diri, tentang bagaimana ia melakukan hal-hal yang baru yang dapat mengubah situasi pembelajaran yang membuat peserta didik nyaman. Guru cenderung memaksakan kehendaknya pada materi yang diajarkan dan membuat sanksi-sanksi berupa hukuman sebagai bentuk frustasi atas kegagalan yang sengaja menutupi kelemahannya dalam proses pembelajaran. Lebih mirisnya lagi, sanksi berupa hukuman tersebut sama sekali tidak membangun karakter peserta didik kearah profil pelajar pancasila.

Guru selalu berorientasi pada hasil bahkan mengabaikan proses dan kesungguhan peserta didik dalam memahami apa yang sedang dituju dalam pembelajaran. Orientasi kepada nilai berupa angka-angka menjadikan guru tidak balance dalam memberikan perhatian kepada peserta didik. Maka, yang terjadi adalah ketimpangan dan tidak meratanya pengembangan potensi peserta didik.

Pada masa pendemi ini, seakan menjadi tantangan baik bagi guru dan begitupula bagi seorang peserta didik. belum selesai masalah pembelajaran seperti biasanya yaitu tatap muka dengan berbagai persoalannya, kini muncul tantangan baru yaitu bagaimana cara agar pembelajaran dapat terus berlangsung di tengah pandemi.

Dalam hal ini, inovasi seorang pendidik sangat dibutuhkan dan menjadi tantangan yang harus dihadapi.  Hal ini menimbukkan dampak yang beragam baik untuk untuk seorang pendidik dan peserta didik. adapun dampak yang terjadi pada seorang pendidik dan peserta didik adalah:

1.      Bagi guru yang tidak mampu dan tidak memiliki kemauan dalam berinovasi menghadapi tantangan akan merasa sulit beradaptasi dan menimbulkan pembiaran terhadap peserta didik dengan menerapkan pembelajaran yang hanya mengandalkan buku yang dibagikan, sehingga siswa hanya mengandalakan ketercapaian pencatatan buku yang telah dibagikan.

2.      Bagi guru yang mau dan mampu menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan berbagai variasinya akan menjadi tambahan pengetahuan sehingga menjadikan tatangan yang menarik untuk dilaksanakan dan menjadikan pembelajaran peserta didik menjadi lebih bermakna.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?. Dengan mempelajari pemikiran dan filosofi yang di gagas oleh Ki Hajar Dewantara, saya mencoba untuk memahami dan memaknai apa beberapa pemikiran seperti ;

1.      Guru Ibarat Petani

Ki Hajar Dewantara mengibaratkan seorang guru sebagai seorang petani yang harus mampu mengolah lahan pertaniannya baik dari cara mengolah lahan agar subur, menyirami tanaman, memupuk dan menyianginya agar tanaman subur dan membuahkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.      Tringa (Ngerti, Ngrasa, Nglakoni) selaras dengan trilogi Cipta, Rasa, Karsa (Globaliteit Psychologie). Ngerti berarti siswa memahami, Ngerasa berarti siswa merasakan, Ngelakoni siswa memperbuat atau melakukan dan dalam hal ini penulis memahaminya bahwa pendidikan harus didasarkan pada mengalami dengan mengamali.

3.      Berhamba kepada Sang Anak, berarti bahwa sebagai guru hendaknya memperhatikan dan memprioritaskan apa yang menjadi kepentingan anak dengan tanpa mengharapkan timbale balik materi, secara tulus ikhlas dalam mendidik, dan dalam hal ini menulis memahami bahwa dengan berhamba kepada anak dapat diartikan juga berhamba atau mengabdi kepada bangsa dan negara.

4.      Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani yang berarti di depan memberi contoh. Seorang guru sudah sepatutnya menjadi sosok yang diguru dan ditiru oleh peserta didik khususnya, dan umumnya bagi masyarakat, Ing Madyo Mangun Karso, di tengah memberi semangat, guru harus mampu memberikan apresiasi berbagai karakter yang dimiliki anak dengan wujud berusaha menumbuhkembangkan bakat dan minat siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang memberikan dorongan, guru harus mau dan mampu memotivasi apa yang menjadi cikal bakal potensi baik yang telah ada, maupun menggali potensi peserta didik.

5.      Trikon

Trikon adalah akronim dari Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris, secara singkat kontinuitas berarti pendidikan dan pembelajaran secara merdeka harus berkesinambungan dan tidak stagnan, konvergensi berarti tidak menutup diri dari pengetahuan yang terbarukan dari berbagai sumber, tetapi harus konsentris, yaitu yang berarti apapun pengetahuan-pengetahuan baru yang telah didapatkan, kita harus tetap berpegang teguh kepada kepribadian dan cirri khas bangsa kita sendiri yaitu bangsa Indonesia.

6.      Sistem Among

Sistem ini adalah metode yang sesuai untuk diterapkan kepada peserta didik, karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada pola asih, asah, dan asuh. Guru tidak lagi menggunakan paksaan, tapi memberikan pemahaman sehingga peserta didik mengerti dan memahami yang terbaik bagi diri dan lingkungan masyarakatnya.

7.      Merdeka Belajar

Ki Hadjar Dewantara berulang kali menekankan tentang kemerdekaan dalam belajar. Dalam hal ini berarti peserta didik diberikan ruang dan kepercayaan yang seluas-luasnya dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun dengan tetap diarahkan dan dipantau oleh guru. Guru mencermati garis kodrat kemampuan murid agar jiwanya merdeka lahir batin. Belajar menyenangkan memberi ruang bagi murid untuk merdeka dalam belajarnya. Seorang guru sebagai penuntun bagi tumbuh kembang peserta didik sekaligus sebagai “pamong” dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya, sehingga selamat dan bahagia hidupnya baik masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Dari paparan di atas, maka jelaslah penulis mencoba dan berusaha menerapkan apa yang telah dipelajari untuk diterapkan kepada peserta didik, seperti menjadikan peserta didik sebagai anak kandung sendiri,  memperlakukan anak dengan memberikan pendidikan yang tulus ikhlas, tanpa pamrih, membuat pembelajaran berasas tringa dan trikon dengan sistem among agar menjadikan pembelajaran yang merdeka.

Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?  dengan mencoba menerapkan materi yang telah di pelajari di kelas untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari yang dalam hal ini penulis membuat sebuah pembelajaran khusunya pada masa pandemi ini dengan nama “Jaring Teri” yaitu Pembelajaran Daring dengan Tema Sehari-hari dengan diiringi oleh asas trikon, sehingga menjadikan ssebuah pembelajaran yang benar-benar merdeka dalam belajar sehingga nantinya menjadikan manusi yang memiliki karakter sesuai dengan profil pelajar  pancasila. Adapun konsep “Jaring Teri” ini adalah dengan rancang sebagai berikut ;

Judul Modul      : Jaring Teri (Pembelajaran Daring dengan Tema Sehari-hari)

Nama Peserta    : Saiful Jamil

1.      Latar Belakang:

a)      Pembelajaran daring karena dalam masa pandemi

b)      Kepemilikan sarana yang minim

c)      Pembelajaran masih konvensional

d)     Pembelajaran dengan cara mengamali dengan mengalami

2.      Tujuan:

(Apa dampak yang pada murid ingin dilihat dari rancangan tindakan ini?)

a)      Pembelajaran tidak hanya teori yang tertuang dalam buku tetapi lebih kepada penerapan dalam kehidupan sehari-hari

b)      Peserta didik  diberikan kebebasan menerapkan pembelajaran sesuai aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan ketaatan dalam beribadah, beradab, dan berbudi pekerti di rumah dan di lingkungan sekitar

 

3.      Tolak Ukur

(Bukti apa yang dapat dijadikan indikator bahwa tindakan ini berjalan dengan baik?)

a)      Peserta didik tetap mendapatkan pembelajaran di tengah masa pandemi

b)      Peserta didik mendapatkan pembelajaran  yang tidak terlalu formatif dan membosankan

c)      Peserta didik mendapatkan kebebasan belajar sesuai dengan aktifitasnya dengan memperhatikan kurikulum

d)     Peserta didik mampu menunjukkan aktifitasnya  sehari-hari dengan mendokumentasikannya dalam jadwal dan foto kegiatan dengan mengedepankan profil  pelajar pancasila

 

4.      Linimasa tindakan yang akan dilakukan:

a)      Memulai penjajakan pendapat orang tua siswa dengan kuisioner tentang bagaimana agar pembelajaran tetap berlangsung (Tripusat 1, November 2020  Minggu Ke- 1)

b)      Bekerjasama dengan alumni dan masyarakat  yang memiliki gawai (Tripusat 2, November 2020  Minggu Ke-2)

c)      Merancang aplikasi pembelajaran daring dengan basis rancang belajar mengutamakan ketaatan dalam beribadah, adab dan budi pekerti (November 2020 Minggu Ke-3 )

d)     Menerapkan pembelajaran daring tema sehari-hari yang dikaitkan melalui tema  materi dalam kehidupan sehari-hari dengan merdeka belajar dengan asas trikon (November 2020 Minggu Ke-4, dst)

 

5.      Dukungan yang dibutuhkan

(Apa saja bahan, alat, atau tenaga yang anda butuhkan untuk menjalankan tindakan? Bagaimana anda mendapatkannya?)

a)      Kerjasama dengan masyarakat dan alumni yang rumahnya berdekatan dengan siswa yang tidak memiliki gawai

b)      Membuat rancang pembelajaran daring yang bisa diakses oleh beberapa siswa dengan 1 gawai

c)      Kerjasama dengan para orang tua tentang  pemahaman materi yang dibuat

Cara:

a)      Menghubungi alumni dan masyarakat tentang kesanggupan meminjamkan gawai saat pembelajaran berlangsung

b)      Membuat pembelajaran yang  mudah diakses

 

Salam Sehat, dan Salam Bahagia!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah memberikan komentarnya

Rakor 17 Mei 2024

Undangan Rakor KS Lomba-lomba FLS2N Prov (daring) Unggah video maksimal 30 Juni 2024 OSN Uji coba 20 Mei Pelaksanaan tingkat kabupaten, 27-2...