Mengenai Saya

Foto saya
Tabik Pun, Saya Saiful Jamil mari berkolaborasi dan berbagi praktik baik

Jumat, 24 Desember 2021

Rana Menara

Rana Menara


Masa Sekolah 

Masa sekolah mungkin hampir semua orang mempunyai kesan tersendiri dalam hidupnya. Terutama pada saat di sekolah dasar.  Kesan itu masih membekas hingga orang itu beranjak dewasa. Namun , kesan yang didapat mungkin saja beragam. Ada yang mendapatkan kesan yang membahagiakan, menyedihkan, bahkan kesan yang pahit untuk dikenang.  Aku, ya aku.. adalah anak yang memiliki kenangan ketiganya, bahkan jika mungkin aku menghitungnya dalam bentuk persen,maka bahagia 20%, sedih 30%, dan sisanyanya kesan yang pahit  untuk dikenang. Masa sekolah dasar adalah masa dimana aku merasa bahagia ketika pada kelas 1,2 dan 3 mendapatkan peringkat, kesungguhankau dalam belajar terasa sangat menyala karena motivasiku untuk meraih juara kelas. Namun, aku tak tahu bagaimana caranya belajar yang baik. Belajarku hanya mendengarkan guru ketika menjelaskan, menaati ketika diberi nasihat, dan melaksanakannya ketika diperintah. Aku tak pernah mau duduk dibelakang, aku harus duduk paling depan. Aku ingin penjelasan guruku dapat aku dengarkan dan ikuti dengan baik. Pendidikan di kelas rendah telah aku lalui, tiba saatnya aku mengawali pendidikan kelas tinggi di sekolah dasar yaitu kelas 4. Perubahan mulai terasa, persaingan mulai ada antara aku dan teman sebangkuku. Dia mulai merasa tersaingi dan ingin selalu menjadi pengatur ketika belajar di kelas, menguasai seluruh buku yang dibagikan oleh guru sehingga bahkan aku tak pernah mendapatkan giliran untuk belajar. Mentalku mulai tertekan, aku tak mau melawan, aku hanya pasrah terhadap apa yang ia lakukan, aku yakin walau agak terlambat aku masih bisa mengumpulkan tugas yang diberikan guru. Tak disangka, hingga kelas 6 perlakuan  seperti itu tetap terjadi,  dan tentu saja berimbas kepada nilai-nilaiku. Aku tak mau menyalahkan siapa-siapa, aku hanya menyalahkan diriku sendiri, mengapa aku hanya diam saja ketika diperlakukan demikian. Rangkin yang kudapat hanya berkutat pada 10 besar, taka da lagi ku dengar namaku disebut oleh guru sebagai juara 1, 2 ataupun bahkan 4. Tujuanku berubah, tak lagi kata juara yang aku nginkan, tapi LULUS dan dapat  melanjutkan sekolahlah yang aku inginkan. Percaya diriku menurun, hingga hanya berpikir, apalah aku, aku hanyalah seorang tukang ngarit rumput, pencari kayu bakar dan tak mungkin aku akan melangkah lebih jauh dengan menjadi juara di sekolah. Ya, keseharian sepulang sekolah tugasku adalah mencari rumput untuk kambing yang diberikan oleh Bapak. Adalah sudah menjadi tradisi di kampungku jika sehabis sekolah dihabiskan untuk mencari rumput dan mencari kayu bakar.

Kelulusan sekolah dasar telah diumumkan dan tentu saja sesuai harapanku, aku lulus. Lagi-lagi aku sebangku lagi, entahlah temanku ini memang tak mau pisah bangku. Entah apa tujuannya, yang ku tahu memang ia yang mengatur agar aku tetap sebangku dengannya. Ia kini lebih percaya diri, dalam pelajaranpun aku selalu kalah dengannya. Ddan lagi-lagi tak aku pedulikan, aku tetap saja tak tahu bagaimana cara belajar caraku masih sama saat aku masih di jenjang sekolah dasar. Semakin beranjak remaja bukannya menambah rasa percaya diri, namun aku semakin betmabah minder. Tak hanya dalam kepercayaan diriku dalam belajar, dalam fisik, penampilan, dan lainnya. Aku tak bias menyembunyikan keminderanku, masalah penampilan. Untuk seragam sekolah saja, aku tidak mempunyai seragam yang sebadning dengan teman-temanku. Seragam yang kukenakan, peninggalan kakakku terdahulu, lengan panjang dan itupun lengan panjang untuk seragam perempuan, ya..kakakku perempuan, hingga sepatu yang telah dibelikan bapakku, sudah nampak lapuk dan terkadang aku harus merasa kesulitan menyembunyikan jari jempol kakiku yang terlihat dari luar.  Pada akhirnya sepatu kakakku pulalah yang aku pakai, kenetulan sepatu itu terlihat awet karena bahannya lumayan bagus. Namun, aku harus berusaha melipat jari-jariku agar sepatu bekas tadi dapat aku pakai. Yah, bukannya aku tak mau membeli atau kedua oranngtuaku tak mampu membelinya, namun terkadang aku tak mau memberatkan keduanya untuk keperluanku yang kurasa aku belum layak memilikinya. Namun aku masih bangga, aku mempunyai kedua orangtuaku yang tak bosan mengajariku banyak hal. Yah, walaupun bukan pelajaran sekolah, tapi yang terpenting adalah pelajaran hidup, tentang bagaimana menghargai hidup dengan melakukan hal yang bermanfaat bagi diri dan dan orang lain. Mungkin itu salah satu yang aku pahami mengapa aku tak mau melawan perlakuan orang lain yang dirasa tak adil terhadapku, aku hanya ingin melakukan yang disenangi orang lain, tak mau membuatnya kecewa walau terkadang apa yang aku lakukan mungkin akan dianggap benar. Akupun bangga, walalu prestasi akademikku tak begitu menonjol aku masih bias menunjukkan bakatku dalam seni membaca Al-quran kala itu. Aku sering dipanggil untuk mengisi acara perpisahan alumni sekolah, pernikahan, dan acara lainnya yang mengharuskan ada pembacaan ayat suci al-qur’an. Ibuku ya ibuku selalu bangga dengan apa yang aku lakukan, bahkan ia tak begitu mengiraukan prestasi akademikku, yang ia harapkan hanya agar aku bisa mengaji dengan baik. Hal ini terlihat ketika apapun, dimanapun, syarat apapun dalam pengajian tempatku menuntut ilmu ibuku selalu mewajibkannya agar dilaksanakan dengan baik. Tempat mengajiku memang jauh, menyebrangi jembatan gantung yang terkadang membutaku dilemma, jalan mana yang harus aku lalui. Melewati sebelah utara aku akan mendapai sebuah jembatan gantung yang telah using atau melalaui jalur barat yang akan dihadapkan pada kawanan anjing milik penduduk yang tak jarang mengejarku ketika akan berangkat mengaji. Namun semuau itu adalah rintangan yang kecil kala itu bagiku. Seperti yang telah dilakukan oleh seniorku terdahulu, di pengajian itu ada jadwal yang mewajibkanku untuk membawa pakan kambing untuk guru pengajar di pengajian itu. Dan tak jarang pula jika pengajar pengajian telah mewajibkan untuk mencangkul di sawahnya maka aku harus izin tidak sekolah karena kewajiban di pengajian itu jauh lebih penting. Entahlah dan kegiatankupun selalu mendapat restu dari ibuku. Dari itulah aku mengetahui apa yang diharapkan ibuku kepadaku. Namun, entah apa yang terjadi dengan suaraku, ketika beranjak remaja suara ini tak lagi dapat berteriak, suaraku nyaris seperti orang gagu. Suaraku yang dulu melengking kini hanya terdengar samar, serak dan tak jelas. Tak ada lagi yang memintaku untuk membacakan ayat-ayat suci alqur’an. Tapi sudahlah , mungkin ini sudah garisku. Namun usaha pengobatan tetap aku jalani.

Pengumuman kelulusan di SMPpun telah diumumkan, dan tentunya NEM (Nilai Ebtanas Murni) ku ternnyata baik, peringkat 4 kala itu, teman sebangkuku peringkat 2. Waktunya untuk memikirkan kemana aku harus melangkah. Sekolah?, bertani?,  ataukan mondok?.  Tak ada yang dapat aku putuskan. Aku hanya mendengarkan teman-temanku tentang rencana sekolahnya ke jenjang lebih tinggi, ada yang masih dekat dengan desa, bahkan ada yang kota. Tiba suatu hari ketika akan melakukan sidik jari, temanku mengajakku untuk daftar sekolah ke kota. Dimana aku tak pernah mengenal kota. Ke pasar di kotapun yang terkenal saat itu bias dihitung mungkin dalam setahun hanya sekali, itupun sebagai salah satu hadiah dari orang tua terhada anaknya. Saat itu yang ku tahu hanyalh pergi ke kebun utntuk mengambil rumput dan kayu bakar. Temanku kian semangat mengajakku daftar ke luar desa. Dan tentu saja aku menanyakan kepada orang tuaku apakah keduanya sanggup untuk membiayainya. Namun, ibuku tentu ingin aku melanjutkan ke pondok pesantren. Selang beberapa hari, saat di kebun ketika memetik kopi, pekerja yang kebetulan mempunyai adik yang sedang mondok pesantren bercerital kepadaku dan kedua orang tuaku,  bahwa di pondok sangat ketat dan belum lagi santri yang terkadang kehilangan barang-barangnya saat ditinggal belajar. Hal ini membuatku dan merasa takut, dan sepertinya tak sanggup untuk  melanjutkan ke pondok pesantren. Ibuku akhirnya memutuskan dan mempersilakanku untuk memilih kemana akan kulanjutkan sekolahku. Pada akhirnya, tawaran temanku untuk melanjutkan sekolah ke luar desa aku terima.

Dengan gaya yang desa yang tak mencium kota, berangkatlah aku. rasa sedih ketika meninggalkan rumah aku rasakan sepanjang perjalanan. Namun terkadang terlupa oleh pemandangan kota yang ajarang aku lihat sebelumnya. Aku selalu berusaha menghilangkan rasa itu agar apa yang menjadi harapan  kedua orang tuaku agar aku melanjutkan sekolah adapat aku wujudkan.  Tibalah di sebuah terminal, dengan tergesa aku turun dari mobil bus yang membawaku dan kardusku sebagai bekal yang diberikan ibu ketika akan berangkat. Ku lihat banyak sekali mobil bus yang sama warna dan bentuknya. Orange, ya orange warnanya. Banyak pula mobil angkot dan sama pula warnanya, warna biru langit yang banyak di terminal itu. Setelah sampai di terminal, temanku mengajakku untuk berjalan kaki menuju tempat pamannya yang katanya kosannya dekat dengan terminal. Berjalan kakippun sampai katanya, yah mungkin Karena kami anak kampung, perjalan yang jauhpun dirasa seakan dekat saja. Banyak sekali para calo angkutan yang bertanya mau kemana dan menawarkan mobilnya untuk ditumpangi. Namun, kami tetap berjalan menyusuri trotoar jalan raya. Sepanjang jalan ku kerap kali mamndangi pohon yang dikampung sering aku petik daunnya untuk dijadikan pakan kambing. Dan hari itupula aku sudah rindu suasana di kampung dan kegiatanku. Rasanya aku ingin pulang kembali. Namun apalah daya ini di kota, dan aku tak tahu jalan pulang. Rasa heran mulai menyelimuti pikiranku, mengapa sudah sekitar 20 menit kosan paman temanku belum juga terlihat. Jangan-jangan….. tersesat….. gumamku.  Dan benar saja, ternyata dari  sekian jauh perjalanan, kami hanya memutari terminal dan kembali lagi ke terminal. Marasa penasaran, kami ulangi lagi perjalan dengan mengandaalkan ingatan temanku yang katany apernah diajak ke kosan pamannya. Sampailah di suatau tempat, ada yang bertanya tentang kemana tujuan yang akan kami tuju. Kami diminta mampir ke rumahnya yang tak begitu jauh dari terminal.  Seseorang itu memberitahukan alamat yang sedang kita cari, namun aku masih tak percaya, karena yang memberitahukan itu adalah seorang yang buta. Perjalan kami lanjutkan, dan hasilnya tetap saja kami kembali ke terminal. Cuaca semakin mendung, dan airpun jatuh dari langit, spontan kami mmencari tempat untuk berteduh. Namun entah apa yang kami pikirkan secara spontan kami masuk ke dalam bus yang berwarna orange, entah jurusan  mana. Dan setelah berteduh di bus yang masih terparkir menunggu penumpang, tak disangka, ternyata paman temanku ada di sana dan menegur temanku. Bahagia campur kesalpun tak aku pedulikan, aku capek dan dengan lenglai aku duduk di dekat paman temanku. Aku lakukan itu agar tak kehilangan jejak lagi. Sampailah di kosan paman temanku. Hidangan makan siangpun ternyata telah disiapkan, mungkin saja pamannya telah menyiapkannya sebelumnya. Sungguh menjadikan obrolan yang tak putus waktu itu, membicarakan perjalan yang telah dilalui hari ini. Paman temanku tertawa-tawa mendengarnya dan berusaha untuk memberikan petunjuk jalan yang benar ketika nanti mungkin tersesat lagi.

Pendaftaran sekolahpun di mulai, aku mendaftar di dua sekolh, temankupun sama, karena merasa ragu apabila tidak diterima di sekolah yang dituju sebelumnya. Lagi-lagi aku tak tahu cara belajar dalam menghadapi tes masuk sekolah. Modalku hanya keyakinan bahwa aku akan melanjutkan sekolah walalupun entah sekolah yang mana.  Hari itu, tespun dimulai, setelah mengerjakan materi soal umum, aku harus melanjutkan praktik mengaji, ini yang aku takutkan, tes dengan menggunakan suara, sedang suaraku hanya terdengar samar-samar. Setelah tes dialakanakan, penguji menanggapi dengan nada yang lembut, dan memujiku bahwa nadaku mengaji sebetulnya sudah bagus, hanya suaraku yang tidak maksimal, kemudian kuceritakan apa yang aku alami, dan penguji[un memakluminya. Pengumumanpun tiba, dan tak disangka aku lulus di sekolah pilihan utama, dan sayangnya temanku tak lulus di sekolah pilihan utama, dan itulah yang menyebabkan kami tak satu kosan.

Sinar mentari pagi hari itu menyaksikanku bahwa aku sudah mendapatkan kosan, kosan yang tentunya tidak sama dengan teman-teman seangkatanku. Kosan yang menyatu dengan rumah pemiliknya, hanya satu kamar, jauh dari komplek kos-kosan. Aku mengontrak sendiri, tak ada teman. Aku hanya dititipkan bahwa aku harus mengontrak di situ karena orang tuaku kenal dengan pemilik rumah itu, ia adalah tetangga desa yang kini menetap di kota. Perjalanan dari kosan ke sekolah cukup jauh, sekali naik angkot dengan ongkos dua ratus rupiah kala itu. Buatku, hal itu terkadang menjadi bahan pikiranku, bagaimana cara agar aku tak harus naik angkot ke sekolah. Semenjak itu, akupun berusaha menabung dari uang bulanan yang diberikan orang tuaku sejumlah duapuluh lima ribu sebulan aku sisihkan yang kumaksudkan agar aku dapat membeli sepeda bekas. Hari berganti hari, minggu ke minggu, di sela sepulang sekolah aku selalu memandangi pepohonan yang rindang dan serta merta mengingatkanku akan kampung halaman, tak betah rasanya jauh dari orang tua, dan selalu ingin pulang. Namun, hal itu aku tahan, agar niatku untuk tetap sekolah dapat terwujud. Setahun sudah, aku tinggal di kosan itu. Aku mulai terbiasa dengan pekerjaan di rumah itu seperti di rumahku sendiri, banyak tugas yang harus aku kerjakan dan menjadi aktifitas rutin sehari-hari. Pemilik rumah memang mempunyai anak gadis yang sedang berkuliah, tetapi karena kesibukannya maka pekerjaannya di rumah terkadang akulah sebagai penggantinya. Mulai dari mencuci piring, menyiram bunga, mengisi ember besar penampung air, dan pekerjaan lainnya yang menjadi keperluan pemilik rumah itu. Aku tak berkeberatan, karena pesan kedua orang tuaku yang mengajarkan agar aku harus ringan tangan, tidak gengsian, dan menuruti perintah pemilik rumah itu. Hingga pernah suatu saat aku harus menyebrangi jalan raya dengan sebatang bambu panjang dipundakku, dan tak hanya itu mengangkut kayu-kayu apkiran dari sebuah pabrik pernah aku jalani. Kejadian tak terdugapun datang, temanku yang dulu tidak lulus di sekolah pilihan utama yaitu sekolahku saat ini, rupanya ia ingin pindah ke sekolahku, dan ingin mengontrak satu kamar denganku. Disisi lain aku senang karena ada yang menemaniku, namun  di sisi lain aku tak bisa mengimbanginya, terutama dalam masalah perlengkapan alat sekolah, perlengkapan kebutuhan sehari-hari, dan masih banyak lainnya yang tak seide dengan ukuran tingkat ekonomi kedua orangtuaku. Dan rasa minder itu muncul kembali. Tapi, tak apalah aku akan tetap menjadi diriku sendiri tanpa harus menyesuaikan dengan gaya dan kebiasaanya. Banyak yang berubah setelah ia menetap di kosanku, terutama perilakunya yang terkadang dinilai oleh pemilik rumah tak sesuai yang diharapkannya. Namun rasa kekesalan pemilik rumah selalu menyindirnya melaluiku, dan yang disindirpun seakan tidak peka dan dianggapnya angina lalu. Semakin hari, semakin aku tak betah dengan perkataan pemilik rumah yang menimpakan kekesalan orang lain terhadapku. Tibalah suatu malam aku mengambil keputusan untuk pindah kosan. Tengah malam buta aku mengemasi barang-barang. Walau keputusan itu sama sekali tak mengenakkan bagi pemilik rumah dan temanku. Namun aku harus keluar dari keadaan ini, aku sudah tak sanggup dengan celotehan pemilik rumah yang kian pedas. Pagi harinya, tambak sebuah angkot yang telah aku temui dipinggir jalan telah menunggu di depan pintu. Pemilik rumahpun kaget, ada apa dan megapa aku harus pergi, namun dengan penjelasan yang singkat aku harus meyakinkannya bahwa keputusan yang kuambil sudah kuperhitungkan matang-matang. Tujuan pindah hari itu adalah masjid. Ya , masjid di kota memang ada tempat tinggal bagi siapa saja yang mau mengisinya asalkan dapat menjadi muadzin dan mengajar ngaji di TPA. Setibanya di masjid, ternyata ada teman sekelasku yang memang sudah lama tinggal di perumahan masjid. Namun perkiraanku meleset, aku kira aku akan menetap lam di masjid itu, tapi ternyata, temanku malah mengajak untuk mencari kontrakan yang baru. Aku bingung, dari mana uang kontrakan untuk mengontrak kembali. Haruskah aku pulang dan memberitahukan kepada kedua orangtuaku bahwa aku akan membutuhkan uang untuk kontrakan yang baru?. Tapi sebelum akau mendapatkan jawaban dari apa yang aku pikirkan ternyata di masjid itu ada yang menawarkan untuk mengisi rumah kosong yang baru ia beli. Tidak untuk dikontrakkan, alias gratis. Tanpa piker panjang aku dan temanku menyanggupinya. Tanpa basa-basi mobil angkotpun telah kami persiapkan untuk mengangkut ke rumah kosong tadi. Ternyata, rumah kosong itu hanyalah berdinding triplek yang sudah usang, bolong di sana-sini dan lebih parahnya lagi taka da listrik yang terpasang karena telah diambil oleh pemilik pertama. Tapi tak apalah, kami bertekad untuk tetap menempati rumah itu, toh rumah itu tak jauh dari masjid. Seiring berjalannya waktu, setiap pulang sekolah bapak pemilik rumah itu selalu mengontrol keadaan rumah, da nada saja pekerjaan yang harus kami kerjakan, mulai dari membetulkan genteng yang bocor hingga menjadi kenek tukang yang mulai akan meronovasi rumahnya. Jangankan penerangan tak ada tempat tidur kami yang layak, kami tidur di atas kusen yang ditumpuk menyerupai dipan. Dengan beralaskan karpet masjid berwarna hijau yang diberikan oleh penunggu masjid menjadi alas kami tidur. Lagi-lagi aku selalu membandingkan dengan teman-teman seangkatanku, sepertinya tak ada di zaman itu yaitu tahun millennium yang keaadaannya seperti kami. Kompor tak punya, setrika listrik tak punya, listrikpun taka da. Setiap pukul empat pagi adalah waktu yang tepat untuk mencari kayu bekas pagar yang telah usang dipinggir rumah untuk dijadikan kayu bakar agara dapat menanak nasi. Hal ini memang terasa konyol jika dipikirkan hari ini, namun waktu itu kami bahagia menjalaninya. Sehabis subuh penerangan yang kami dapatkan untuk belajar adalah dengan mendekatkan buku kami pada sumber api ketika menanak nasi. Dari itu aku mulai memahami bagaimana caranya belajar, ya, dengan membaca buku-buku pelajaran, dan mengulang lagi pelajaran yang diterima guru. Meja yang kami gunakan adalah kayu berbentuk kotak bekas dudukan closed. Permukaannya kami tutupi dengan sisa-sisa papan yang ada di belakang rumah. Kabar gembirapun datang, listrik akan di pasang oleh pemilik rumah, namun seperti biasa kami harus ikut membantu menyiapkan instalasinya. Dunia seakan terang dan rasa semangat belajarpun terus meningkat. Kami lebih semangat dalam belajar. Selang beberapa bulan, tak pernah dikira sebelumnya, pengurus TPA meminta kami untuk ikut mengajar di TPA. Tentu kami sangat senang karena ada yang memercayai kami untuk mengajar. Dan tak dikira, ternyata ada pula yang meminta untuk dijar secara privat. Tentu ini sebuah kesempatan yang tak mungkin ditolak.

Keseharianpun berubah, sepulang sekolah ada pekerjaan yang menunggu, aku harus mengajar privat dari rumah ke rumah di komplek perumahan itu dari Blok A hingga E. Selepas ashar aku harus mengajar di TPA, dan malam sehabis magrib mengajar privat kembali. Terus dan terus begitu. Dengan kegiatan yang padat, sampai-sampai rasa rindu kampung halaman terkalahkan oleh pekerjaan yang kian padat. Jika dulu aku harus pulang karena kehabisan bekal, kini aku tak mau pulang karena sayang jika honorku terlewatkan karena pulang kampung. Honorku saaat itu, jika dibanddingkan dengan uang bulanan yang diberikan orangtuaku jumlah bisa 10 kali lipat bahkan bisa lebih. Dan jika ada waktu libur dan cukup untuk digunakan pulang kampung, aku bisa membawa oleh-oleh seolah aku sedang bekerja di kota besar. Kedua orangtuaku tak melarangku untuk bekerja menjadi guru privat asal tidak mengganggu belajarku. Bahkan orangtuaku bangga dengan pencapaianku saat itu. Sampai-sampai aku bisa membeli sebuah handphone yang jika dibwa ke kampung belum ada seorangpun yang meilikinya, sinyalpun taka da. Demi menjaga kebahagiaan orangtuaku, aku tidak pernah bercerita bahwa aku tinggal di sebuah rumah yang tak layak huni. Aku hanya menceritakan bahwa aku telah pindah kosan yang baru bersama temanku. Aku berjanji kepada diriku sendiri, kenangan pahit selama di perantauan tidak akan kuceritakan sebelum aku menggapai cita-citaku.

Dengan mendapatkan penghasilan tersebut, kini aku juga mulai memperhatikan penampilanku dari segi berpakaian, pakaian lusuh yang telah usan perlahan aku dapat menggantinya dengan yang baru dari hasil pekerjaanku. Peralatan sekolah yang dulu tak punya kini aku dapat memeblinya, walau sebetulnya aku sudah nyaman dengan kebiasaanku. Namun untuk hal yang penting dan pokok aku selalu mengutamakan untuk membelinya. Hampir satu tahun sudah tak terasa aku telah mendiami rumah itu. Terdengr kabar bahwa rumah yang aku diami akan direnovasi. Dan setelah aku tanyakan kepada pemiliknya, dia mengiyakan, dan bahkan ternyata kenek tukang yang akan membantu merenovasinya adalah aku dan temanku disamping kenek yang dibawa oleh tukang. Tak apa, akupun memakluminya, karena jika aku mengontrak rumah itu mungkin sudah berapa rupiah yang harus aku bayar. Hitung-hitung sebagai bentuk terimakasihku kepada pemilik rumah karena telah memberikanku tempat tinggal gratis. Jadwal mengajarpun aku ubah, ada beberapa rumah yang aku satukan, da nada pula jam belajar yang aku geser menjadi malam hari, bahkan ada pula yang aku putuskan untuk tidak mengajar kembali jika tidak bisa mengikuti jadwal yang ak utawarkan. Seperti biasa, sehabis pulang sekolah aku harus menjadi kenek tukang. Setiap hari, hingga rumah itu berdiri dan selesai dibangun. Tepat ketika rumah itu selesai, maka akupun lulus dari sekolah. Lagi-lagi tak ada rencana untuk melanjutkan sekolah.

Bersambung…



Transisi Sekolah dan Pekerjaan

Antara Pena dan Tusuk Sate

Oleh: Saiful Jamil

“Wisuda diplomaku semakin dekat, tapi tak pernah ada bayangan akan kemana dan apa yang harus aku lakukan setelahnya.” Gumamku sambil berjalan menyusuri jalan komplek perumahan menuju arah kampus. “Hai, Jamil…” panggil seseorang dari arah belakangku. Akupun tersentak, menghentikan langkah, sambil menoleh kea rah belakang. “Eh..ngagetin aja, kamu ternyata.” Jawabku sambil tersenyum malu, karena pasti dia tahu aku sedang melamun. Dia bernama Farida yang satu kampus dan satu kelas denganku. Setiap berangkat ke kampus, tak jarang kamipun sering berangkat bersama dengan berjalan kaki. “Sebentar lagi kita kan wisuda nih, mau lanjut kuliah atau mau pulang kampung?” Tanya Farida seakan tahu yang sedang aku pikirkan. “Kok kamu tahu, aku tadi itu lagi mikirin itu, mau kemana ya.., setiap mau lulus aku selalu bingung, dulu waktu mau lulus SMA teman-temanku sudah sibuk mendaftar dan tanya-tanya masalah kampus aku malah sibuk tanya-tanya masalah harga sewa kontrakan, karena menurutku di manapun kampusnya pasti materi kuliahnya sama, tapi masalah kosan, pasti harganya berbeda.” Jawabku diiringi tawa kecil. “Ah kamu ini, kalo aku sih kayaknya mau pulang kampung, aku sudah daftar di SD dekat rumahku bahkan aku sudah ngajar di sana, seminggu dua kali ngajar mulok bahasa lampung.” Jawab Farida. “Wah enak ya, bener juga ya, apa aku juga gitu aja ya?”, tambahku seakan meminta pendapat. “Kalo kamumah mending lanjut aja.. S1 sekalian!” Farida menjawab dengan nada meninggi. “Ya maunya sih gitu, tapi dulu aku pilih Diploma II karena perhitunganku waktu itu, biat cepet kerja, dan gak terlalu membebani orang tua kuliah berlama-lama.” Obrolahpun terus belanjut membahas masalah rencana ke depan setelah wisuda. 

Obrolan yang sangat panjang, karena perjalanku ke kampus dengan berjalan kaki sekitar 30 menit. Ya..mungkin diantara teman sekampusku hanya akulah yang berjalan kaki dan yang paling jauh. Jalan menuju kampusku tidak dilalui angkot, hanya angkutan becak saja yang dapat mengangut penumpang dari komplek kosanku kea rah kampus. Dan yang kedua mungkin temanku farida, tapi jarak kosan farida ke kampus hanya separuh atau mungkin kurang dari separuh jarak kosanku ke kampus. 

Wisudapun telah selesai, teman-teman sekelasku telah berpencar sesuai dengan rencananya masing-masing, termasuk temanku Farida telah pulang ke kampung halamannya sesuai rencananya pula, tinggallah aku. Bukannya tak ingin langsung pulang kampung, tapi karena aku masih mempunyai tugas dan kewajibanku yang belum semuanya kutunaikan. Sambil kuliah, aku memang sudah mengajar privat di komplek perumahan. Mungkin tinggal beberapa kali pertemuan lagi. Aku harus meminta izin dan mengundurkan diri untuk berhenti mengajar privat. Aku ingin pulang kampung, sepertinya ide dan rencana farida kala itu, bagus juga buatku. Harga kontrakan semakin tinggi, melebihi biaya semester di kampus, itulah alas an pokok mengapa aku harus pulang kampung dan tak melanjutkan kuliah S1. Diploma II kurasa sudah cukup dan sah untuk mengajar di sekolah dasar. 

Sekitar pukul 20.05, tiba waktunya aku mengajar di rumah wali muridku yang terakhir, “Maaf Ibu, ada yang mau saya obrolkan dengan ibu, minta waktunya sebentar boleh?’’. Dengan malu-malu, kuberanikan membuka obrolan selepas mengajar anaknya. “Oh ya, gimana?’’ senyum ramah ibu itu memang tak kuragukan lagi, ia memang ramah semenjak aku mulai mengajar di rumah itu. “Begini bu, pertama sekali saya mohon maaf, saya sudah lama mengajar putera ibu, dan ini adalah pertemuan ke empat di akhir bulan ini, saya berencana akan pulang kampung dan mungkin akan menetap disana sambil mencoba untuk daftar mengajar di sekolah, jadi saya mohon izin dan pamit, mohon maaf jika selama saya mengajar pastinya banya sekali kekurangan dan kurang sesuai dengan harapan ibu..” ujarku menjelaskan tujuan obrolan. “Loh..looh..kenapa? kok kayak mendadak gini, kenapa? honornya kurang ya..?” Tanya ibu itu sambil sedikit tertawa dan heran. “Bukan-bukan…bu..bukan begitu..” Jawabku langsung memotong kalimat ibu itu, khawatir salah sangka terhadap keputusanku. “Jadi, begini bu, saya kan sudah selesai kuliahnya, Cuma diploma 2 bu, jadi ya sebentar, jadi hari ini saya berkeliling ke setiap rumah yang saya ajar untuk pamitan.” Tambahku. “Ooo, jadi gitu.., emang gak lanjut kuliah saja?, atau kerja aja disini banyak kok kerjaan, atau gini aja, adik ibukan jadi panitia penyelenggara penerimaan Satpol PP, mau gak ibu daftarin, ibu titipin gitu..” berondong jawaban sekaligus tawaran ibu itu, membuatku senang terhadap perhatiannya sekaligus heran, apa hubungannya lulusan guru dengan menjadi Polisi Pamong Praja?. “Terimakasih tawarannya bu, tapi wali murid yang lain sebagian sudah saya kabari sekaligus pamitan, jadi sekali lagi terimakasih dan mohon maaf jika selama ini saya banyak salah.” Jawabku agar tak berlama-lama, karena waktu sudah hampir jam 9 malam. “ Oh ya sudah, ibu juga mohon maaf ya, oh ya sebentar.” Lanjut ibu itu berusaha mengerti dan memaklumi keinginanku sambil beranjak dari tempat duduknya, sepertinya ia menuju ke ruangannya. “Ni..ibu Cuma bisa ngasih segini, mohon diterima, kurang lebih ibu mohon maaf, semoga kebaikan kamu selama ini Alloh membalasnya.” Sambil menyodorkan amplop putih bergaris merah biru dan menempelkannya ke telapak tanganku. Seperti biasa dengan malu-malu akupun menerimanya. “oh ya terimakasih ya bu, sekali lagi saya mohon maaf, salam buat bapak, saya pamit bu ya.” Sambil memasukkan amplp tadi ke dalam saku bajuku. “Ya, mudah-mudahan kamu sukses di kampung ya, salam juga buat kelurga.” Ibu itu menambahi. “ Ya bu, insyaalloh, saya pamit, Assalamulaikum..” jawabku sambil keluar dari rumah itu. Tuntas sudah , semua walid murid sudah aku beritahu bahwa aku harus pulang kampung. Kewajibanku mengggenapi mengajar privat di bulan ini sudah kutunaikan. 

Harum bunga kopi mulai tercium di perjalanan, menandakan kampung halamanku sudah dekat, rasa bahagia tak terhingga menyelimutiku. Akhirnya sudah sekian bulan aku tak pulang, kini aku bisa pulang dengan hati yang lega, tak ada tugas dan kewajiabanku di kota itu yang tidak aku tunaikan, terutama mengajar privat, inilah yang selama ini terkadang aku tak bisa pulang kampung dengan rutin. Tak berselang lama, mobil L 300 yang aku tumpangi sudah mendekati rumah orang tuaku. “Duk duk duk, kiri…” bodi mobil L 300 aku pukul 3 kali, itulah kode untuk menghentikan mobil yang biasa dilakukan di kampungku, sebagai pertanda bahwa penumpang telah sampai tujuannya. Akupun turun dari mobil itu, dan tentu tak lupa menghampiri supir mobil itu untuk menyetorkan ongkos. Langkah kaki yang semangat, menuju halaman rumah, tampak sepi. “mungkin Ema dan Bapak, belum pulang dari kebun” gumamku. Karena waktu masih menunjukkan pukul 10.48. Bapak dan Ema biasanya pulang pukul 12.30 dari kebun. Aku tahu, pintu dapur tak pernah dikunci, aku masuk rumah lewat dapur dan membuka ruangan tengah melalui pintu yang juga bisa dibuka karena kuncinya selalu disimpan di bawah keset, itu merupakan kebiasaan ema yang sudah aku hafal. 

Suara orang mengobrol sudah terdengar di depan rumah, ku buka hordengan yang menutupi pandangan, dan ya benar sekali, Bapak dan Ema sudah pulang. “Assalamaulaikum..” Suara Ema, ia tahu bahwa ada orang di dalam rumah. “Waalaikumsalam Warohmatullohi Wabarokaatuh” jawabku. Sambil menaruh perbekalan kebun, ibuku langsung tahu itu suaraku. “ Kamu dah pulang, jam berapa sampai?” Tanya Ema, “jam sebelas kurang,” jawabku sambil salim cium tangan kepada bapak emaku. Obrolanpun berlanjut dari mulai bercerita tentang pekerjaanku, hingga menceritakan teman-teman sekampusku yang berpencar menjalankan semua rencananya. Dan akupun tentu saja mengutarakan rencanku kepada bapak emaku. 

Hampir satu bulan lamanya, ternyata pekerjaan yang aku rencanakan belum mendapat jawaban, bapak emaku tak keberatan jika aku tak cepat-cepat mendapat pekerjaan. Aku masih dengan kegiatanku layaknya anak kampung yang harus ke kebun membantu orangtuanya. Namun terkadang ya.. ada saja yang mengomentari, “Anak lulusan kuliahan kok kerjanya di kebun.” Namun hal itu sudah aku anggap biasa. Kabar tentang lamaranku untuk mengajar kini sudah mendapat jawaban, aku diterima di sebuah sekolah dasar yang tak jauh dari rumah. Kegiatan rutin sehari-haripun berubah, aku tak lagi ke kebun setiap pagi, aku sudah mulai mengajar. Namun siang hari sepulang mengajar dan hari libur aku berusaha untuk tetap berangkat ke kebun hingga sore hari, kemudian selepas magrib aku gunakan untuk mencoba menlanjutkan mengajar ngaji di sebuah masjid yang tak ajuh dari rumah, hitung-hitung aku mengenang kembali pekerjaan yang telah aku lakukan semasa sekolah hingga kuliah dulu.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, perubahan kian terus terjadi, perubahan positif tentunya. Tak disangka, beberapa sekolah swasta yang ada di kampungku mengajakku untuk ikut mengabdi di sana, ya aku adalah lulusan madrasah tsanawiyah. Sebuah penghormatan dan kebanggaan tersendiri buatku karena aku bisa bergabung mengabdi di sekolahku dulu. Madrasah tsanawiyah masuk pukul 13.00 dan aku rasa aku masih bisa mengajar di sana karena mengajar di SD sampai pukul 12.15 WIB. Sebuah rutinitas kesibukan yang padat, namun aku sangat menyenanginya dan bahkan aku bangga, “Bukankah di setiap do’a orang tua, selalu menyebutkan agar memiliki anak yang sholeh, berbakti kepada keluarga, bermanfaat bagi masyarakat, agama, nusa dan bangsa?’’ aku bertanya kepada diriku sendiri. “ Ya, inilah jawaban do’a kedua orangtuaku.” Akupun menjawabnya sendiri. 

Saat istirahat pulang sekolah, tiba-tiba..“Assalamulaikum..” terdengar jelas sekali dekat pintu, “Wa’alaikum salam.., silahkan masuk pak…” jawabku kepada tamu tersebut, dan ternyata ia adalah seorang tokoh pemuda desa. “ Lagi sibuk?” sambil duduk merebahkan punggungnya pada sandaran kursi. “Ah nggak, ya gini ajalah, minum apa ini, kopi ya?’’tawarku. “Boleh..” jawabnya singkat. “Ok, tunggu ya.” Jawabku sambil melangkah menuju dapur untuk membuatkan kopi. Dua gelas kopi menngepul telah tampak di atas meja. Bunyi seruput kopi berssahutan sebagai selingan perbincangan yang kian menghangat. “Jadi gini..” Jaya seolah membuka bab baru dalam obrolan dengan wajah yang kini berubah serius. Ya, tamu itu bernama Jaya, tokoh pemuda di desaku. “Maksud kedatangan saya ini, yang pertama sekali silaturahmi, lagian kita terhitungnya masih saudara, kemudian yang kedua, kamu mungkin tahu, bahwa desa kita ini sedang berencana akan mekar dari desa induk, nah nanti jika ada undangan mengenai masalah pemekaran desa tolong hadir ya.” Ujarnya dengan penuh harap. “Oh ya, ya, saya baru dengar baru-baru ini.” Jawabku mengiyakan. “ Nah..dari itu, nanti tolong dibantu segala sesuatunya yang menyangkut pengadministrasian pemekaran desa, dan lagi kamukan sudah tahu bagaimana caranya mengoprasikan komputer, jadi ya, bakal banyak yang diketik.” Sambungnya. Obrolanpun terus berlanjut, pembahasan inti dan tujuan telah ia sampaikan, dan akupun telah menangkap maksud dan tujuannya. Hingga ia berpamitan pulang, akupun masih terheran, kenapa aku yang didatangi. “Ah sudahlah, lagi-lagi aku berpikir bahwa inilah jawaban do’a kedua orangtuaku, aku tambah yakin bahwa do’a orang tua itu pasti dikabulkan.” Hati ini terus bermonolog. 

Sekitar seminggu ternyata benar, undanganpun sampai. Pembahasanpun benar, tentang pemekaran desa. Dan tak disangka pula, akupun didapuk menjadi sekretaris desa. Entah bagaimana aku mengatur waktu. Pagi di SD, siang di MTs, malam di TPA dan tugas sekretaris desapun menanti. Ternyata kini bukan aku yang mencari pekerjaan, tapi pekerjaan mencariku untuk ditunaikan. Sepintas banyak yang berpikir bahwa bagaimana cara aku mengatur waktu untuk melaknakan tugas itu. Namun seiring berjalannya waktu, semua kewajiban terkait tugas dan kewajibanku dapat aku laksanakan. Ya itu menurutku yang mengalaminya langsung. Tapi ada saja yang mengatakan, bagaimana bisa aku melaksakannya? sedang jam kerja sekretaris desa kala itu tak menentu. Memang tak ada jam wajib berkantor, karena kantor desapun belum ada. Kantorku hanyalah ruang kecil di rumah emaku. Awal pemekaran desa merupakan tugas yang paling berat aku rasakan, merintis struktur pemerintahan, hingga pengadministrasian yang masih meraba-raba. Referensi administrasipun tidak ada, internet belum ada untuk sekedar googling mencari contoh. Yang kutahu hanyalah bagaimana agar pelayanan masyarakat dapat terlayani dengan baik. Selama aku menjabatpun belum ada keluhan yang disampaikan baik langsung maupun tak langsung. Setahun sudah aku menjalani keseharianku dengan tugas yang berbeda-beda. Di desa yang kini sudah definitif, ternyata aku tak hanya mendapat tugas sebagai sekretaris desa, namun juga sebagai Kepala Urusan pemerintahan, Ketua LKD (Lembaga Keuangan Desa), dan pendampung KUBE (kelompok Usaha Bersama).Kegiatan semakin padat, baik yang berkaitan dengan tulis-menulis hingga dalam hal sosialisasi terhadap masyakarat secara verbal. Namun, aku mempunyai prinsip, tugas pokok dan fungsiku yang awal adalah sebagai guru. Aku selalu mengutamakan tugas guruku, kemudian baru tugas yang lain. Tapi tetap saja walaupun aku mempunyai tugas prioritas bukan berarti tugas yang lain terabaikan. Tugasku selalu kupenuhi tepat waktu, walau harus menyita waktu istirhat sehingga terkadang hingga dini hari aku masih tetap bekerja. “Sebenarnya tugasmu itu bagus, banyak, tapi sebetulnya kebanyakan tugas seperti tusuk sate itu tak baik buat karirmu.” Celetuk beberapa orang yang rata-rata mengatakan yang hal yang sama. “Memangnya tujuanmu itu mau di mana? Di sekolah atau di pemerintahan?” banyak pula yang intinya sama mengatakan demikian. Dan yang mengherankan adalah tak ada yang menyindirku dan mengomentariku ketika aku mengajar TPA. Seorang guru ngaji, yang bermodalkan pengetahuannya tentang sedikit agama dan huruf alif hingga ya, tak ada yang menyindirnya untuk berhenti dan fokus di sekolah saja. Aku masih konsisten hingga saat ini untuk membimbing anak-anak pengguna tusuk sate untuk digunakan menunjuk huruf alif hingga ya pada buku iqoro’ dan Alqur’annya. 

Suatu pagi, ada sebuah undangan sosialisasi tentang kepegawaian yang dislenggarakan kecamatan dengan mengundang pejabat kabupaten bagian kepegawaian pemerintahan. Singkat cerita, “Jadi, bapak/ibu pejabat pemerintahan tak boleh merangkap-rangkap demi kefokusan kinerja” Itulah bagian akhir dari sosialisasi itu. Hal itupun mengundang Tanya bagiku. “Maaf pak, saya menjabat sebagai sekretaris desa, guru SD dan MTs, kemudian malamnya mengajar TPA, di desa saya merangkap sebagai sekretaris desa dan kepala urusan pemerintahan, karena regulasinya yang masih demikian, bagaimana dengan jabatan saya ini?”. “Wah..hebat sekali saudara ini, jadi bagaimana anada mengerjakan bisa mengerjakan itu semua?, bagaiamana jika ada tugas yang berbenturan?, jadi sekali lagi saya ulangi, peraturan ini dibuat agar dapat meningkatkan kinerja bapak/ibu semua dalam tugas dan kewajiban bapak ibu sebagai aparat, silahkan dikonsultasikan bagaimana baiknya kepada pak camat.” Tegasnya. 

Sosialisasipun berakhir, seperti arahannya, setelah selesai aku menemui camat. “Gak papa, nanti bapak yang tanggung jawab, toh selama ini tugasmu selesai dan baik-baik saja kan?” tandasnya seolah membela pekerjaanku yang selama ini aku kerjakan. “Nih, bapak kasih seragam sebagai kenangan.” Sambil menyodorkan dua stel baju hansip dan pemda kuning khaki. “Wah makasih pak, tapi terkait peraturan tadi, saya rasa peraturan itu harus saya laksanakan.” Jawabku. “Jadi kamu mau mundur dari semua jabatan sekarang?” tanyanya. “Ya, sepertinya begitu, nanti saya akan beritahukan juga sama Pak Lurah.” Jawabku. “Ya, itu terserah kamu, tapi saran saya jalani saja dahulu.” Sarannya setengah merayu. “ Ya pak termakasih sarannya, dan terimakasih juga seragamnya, mau saya pakek untuk mengajar, mudah-mudahan berkah” Ucapku sambil tersenyum bahagia karena mendapatkan seragam dari orang nomor satu di kecamatan.

Semakin hari, semakin terasa banyak sekali pertimbangan yang menekanku untuk segera mengundurkan diri, karena saking banyaknya yang memintaku untuk segera berhenti dari jabatanku sekarang. Akadang aku berpikir, ini bukan mauku, ini karena permintaan pemuda yang datang kala itu, dan kini menjadi lurah di desaku. Tapi demi kenyamanan, akupun memutuskan untuk berhenti dari jabatan di pemerintahan desa. Namun tugas mengajarku, baik anak-anak pengguna pena dan pengguna tusuk sate tetap aku jalani. Aku yakin keputusanku tetap sesuai harapan dan do’a kedua orang tuaku. Doanya memang terkabul, menginginkan anaknya tetap berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, nusa, bangsa, dan agama.


Senin, 20 Desember 2021

Aplikasi Analisis Penilaian Lengkap Kurikulum 2013 (Darurat)

 

Aplikasi Analisis Hasil Penilaian Peserta Didik

Analisis Penilaian Hasil Belajar

ialah peroses mengolah nilai / hasil penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasil hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil analisis tersebut digunakan untuk menentukan tindak lanjut jika dalam hasil penilaian yang di peroleh tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.

adapun analisis yang dilaksanakan oleh pendidik setelah mengumpulkan hasil penilaian yaitu analisis butir soal dan analisis daya serap siswa.

Analisis Butir soal.

Analisis butir soal ditentukan oleh tingakt kesukaran soal. daya beda, serta fungsi pengecoh pilihan ganda. setelah memperoleh analisis butir soal maka dapat terlihat soal yang perlu di perbaiaki/direvisi untuk digunakan pada tes-tes berikutnya sehingga kualitas soal teruji dengan baik

Analisis Daya Serap

analisis daya serap / ketuntasan siswa secara individu dan kelompok/kelasikal sangat perlu di laksanakn untuk memperoleh informasi tingakat kentuntasan belajar siswa dan sebagai menentukan tindak lanjut yang akan di laksanakan apa bila daya serap sudah terpenuhi maka pembelajaran dapat di lanjutkan atau melaksanakan pengayaan dan jika tidak maka perlu adanya pengulangan pembelajaran atau remedial .

Baik, Langsung saja:

Untuk unduh Aplikasi Penilaiannya KLIK DI SINI JANGAN LUPA IKUTI BLOG INI
Tutorial Youtube Youtube Jamil Saiful 
Jangan lupa Like, share dan Komen

Cerpen : Antara Pena dan Tusuk Sate

 

Antara Pena dan Tusuk Sate

Oleh: Saiful Jamil

“Wisuda diplomaku semakin dekat, tapi tak pernah ada bayangan akan kemana dan apa yang harus aku lakukan setelahnya.” Gumamku sambil berjalan menyusuri jalan komplek perumahan menuju arah kampus.  “Hai, Jamil…” panggil seseorang dari arah belakangku. Akupun tersentak, menghentikan langkah, sambil menoleh ke arah belakang. “Eh..ngagetin aja, kamu ternyata.” Jawabku sambil tersenyum malu, karena pasti dia tahu aku sedang melamun. Dia bernama Farida yang satu kampus dan satu kelas denganku. Setiap berangkat ke kampus, tak jarang kamipun sering berangkat bersama dengan berjalan kaki. “Sebentar lagi kita kan wisuda nih, mau lanjut kuliah atau mau pulang kampung?” Tanya Farida seakan tahu yang sedang aku pikirkan. “Kok kamu tahu, aku tadi itu lagi mikirin itu, mau kemana ya.., setiap mau lulus aku selalu bingung, dulu waktu mau lulus SMA teman-temanku sudah sibuk mendaftar dan tanya-tanya masalah kampus aku malah sibuk tanya-tanya masalah harga sewa kontrakan, karena menurutku  di manapun kampusnya pasti materi kuliahnya sama, tapi masalah kosan, pasti harganya berbeda.” Jawabku diiringi tawa kecil. “Ah kamu ini, kalo aku sih kayaknya mau pulang kampung, aku sudah daftar di SD dekat rumahku bahkan aku sudah ngajar di sana, seminggu dua kali ngajar mulok bahasa lampung.”  Jawab Farida. “Wah enak ya, bener juga ya, apa aku juga gitu aja ya?”, tambahku seakan meminta pendapat. “Kalo kamumah mending lanjut aja.. S1 sekalian!” Farida menjawab dengan nada meninggi. “Ya maunya sih gitu, tapi dulu aku pilih Diploma II karena perhitunganku waktu itu, biat cepet kerja, dan gak terlalu membebani orang tua kuliah berlama-lama.” Obrolahpun terus belanjut membahas masalah rencana ke depan setelah wisuda.

Obrolan yang sangat panjang, karena perjalanku ke kampus dengan berjalan kaki sekitar 30 menit. Ya..mungkin diantara teman sekampusku hanya akulah yang berjalan kaki dan yang paling jauh. Jalan menuju kampusku tidak dilalui angkot, hanya angkutan becak saja yang dapat mengangut penumpang dari komplek kosanku kea rah kampus. Dan yang kedua mungkin temanku farida, tapi jarak kosan farida ke kampus  hanya separuh atau mungkin kurang dari separuh jarak kosanku ke kampus.

Wisudapun telah selesai, teman-teman sekelasku telah berpencar sesuai dengan rencananya masing-masing, termasuk temanku Farida telah pulang ke kampung halamannya sesuai rencananya pula, tinggallah  aku.  Bukannya tak ingin langsung pulang kampung, tapi karena aku masih mempunyai tugas dan kewajibanku yang belum semuanya kutunaikan. Sambil kuliah, aku memang sudah mengajar privat di komplek perumahan. Mungkin tinggal beberapa kali pertemuan lagi. Aku harus meminta izin dan mengundurkan diri untuk berhenti mengajar privat. Aku ingin pulang kampung, sepertinya ide dan rencana farida kala itu, bagus juga buatku. Harga kontrakan semakin tinggi, melebihi biaya semester di kampus, itulah alas an pokok mengapa aku harus pulang kampung dan tak melanjutkan kuliah S1. Diploma II kurasa sudah cukup dan sah untuk mengajar di sekolah dasar.

Sekitar pukul 20.05, tiba waktunya aku mengajar di rumah wali muridku yang terakhir, “Maaf Ibu, ada yang mau saya obrolkan dengan ibu, minta waktunya sebentar boleh?’’.  Dengan malu-malu, kuberanikan membuka obrolan selepas mengajar anaknya. “Oh ya, gimana?’’ senyum ramah ibu itu memang tak kuragukan lagi, ia memang ramah semenjak aku mulai mengajar di rumah itu. “Begini bu, pertama sekali saya mohon maaf, saya sudah lama mengajar putera ibu, dan ini adalah pertemuan ke empat di akhir bulan ini, saya berencana akan pulang kampung dan mungkin akan menetap disana sambil mencoba untuk daftar mengajar di sekolah, jadi saya mohon izin dan pamit, mohon maaf jika selama saya mengajar pastinya banya sekali kekurangan dan kurang sesuai dengan harapan ibu..” ujarku menjelaskan tujuan obrolan. “Loh..looh..kenapa? kok kayak mendadak gini, kenapa? honornya kurang ya..?” Tanya ibu itu sambil sedikit tertawa dan heran. “Bukan-bukan…bu..bukan begitu..” Jawabku langsung memotong kalimat ibu itu, khawatir salah sangka terhadap keputusanku. “Jadi, begini bu, saya kan sudah selesai kuliahnya, Cuma diploma 2 bu, jadi ya sebentar, jadi hari ini saya berkeliling ke setiap rumah yang saya ajar untuk pamitan.” Tambahku. “Ooo, jadi gitu.., emang gak lanjut kuliah saja?, atau kerja aja disini banyak kok kerjaan, atau gini aja, adik ibukan jadi panitia penyelenggara penerimaan Satpol PP, mau gak  ibu daftarin, ibu titipin gitu..” berondong jawaban sekaligus tawaran ibu itu, membuatku senang terhadap perhatiannya sekaligus heran, apa hubungannya lulusan guru dengan menjadi Polisi Pamong Praja?. “Terimakasih tawarannya bu, tapi wali murid yang lain sebagian sudah saya kabari sekaligus pamitan, jadi sekali lagi terimakasih dan mohon maaf jika selama ini saya banyak salah.” Jawabku agar tak berlama-lama, karena waktu sudah hampir jam 9 malam. “ Oh ya sudah, ibu juga mohon maaf ya, oh ya sebentar.” Lanjut ibu itu berusaha mengerti dan memaklumi keinginanku sambil beranjak dari tempat duduknya, sepertinya ia menuju ke ruangannya. “Ni..ibu Cuma bisa ngasih segini, mohon diterima, kurang lebih ibu mohon maaf, semoga kebaikan kamu selama ini Alloh membalasnya.” Sambil menyodorkan amplop putih bergaris merah biru dan menempelkannya ke telapak tanganku.  Seperti biasa dengan malu-malu akupun menerimanya. “oh ya terimakasih ya bu, sekali lagi saya mohon maaf, salam buat bapak, saya pamit bu ya.”  Sambil memasukkan amplp tadi ke dalam saku bajuku. “Ya, mudah-mudahan kamu sukses di kampung ya, salam juga buat kelurga.” Ibu itu menambahi. “ Ya bu, insyaalloh, saya pamit, Assalamulaikum..”  jawabku sambil keluar dari rumah itu. Tuntas sudah , semua walid murid sudah aku beritahu bahwa aku harus pulang kampung. Kewajibanku mengggenapi mengajar privat di bulan ini sudah kutunaikan.

Harum bunga kopi mulai tercium di perjalanan, menandakan kampung halamanku sudah dekat, rasa bahagia tak terhingga menyelimutiku. Akhirnya sudah sekian bulan aku tak pulang, kini aku bisa pulang dengan hati yang lega, tak ada tugas dan kewajiabanku di kota itu yang tidak aku tunaikan, terutama mengajar privat, inilah yang selama ini terkadang aku tak bisa pulang kampung dengan rutin.  Tak berselang lama, mobil L 300 yang aku tumpangi sudah mendekati rumah orang tuaku. “Duk duk duk, kiri…” bodi mobil L 300 aku pukul 3 kali, itulah kode untuk menghentikan mobil yang biasa dilakukan di kampungku, sebagai pertanda bahwa penumpang telah sampai tujuannya. Akupun turun dari mobil itu, dan tentu tak lupa menghampiri supir mobil itu untuk menyetorkan ongkos. Langkah kaki yang semangat, menuju halaman rumah, tampak sepi. “mungkin Ema dan Bapak, belum pulang dari kebun” gumamku. Karena waktu masih menunjukkan pukul 10.48. Bapak dan Ema biasanya pulang pukul 12.30 dari kebun. Aku tahu, pintu dapur tak pernah dikunci, aku masuk rumah lewat dapur dan membuka ruangan tengah melalui pintu yang juga bisa dibuka karena kuncinya selalu disimpan di bawah keset, itu merupakan kebiasaan ema yang sudah aku hafal.

Suara orang mengobrol sudah terdengar di depan rumah, ku buka hordengan yang menutupi pandangan, dan ya benar sekali, Bapak dan Ema sudah pulang. “Assalamaulaikum..” Suara Ema, ia tahu bahwa ada orang di dalam rumah. “Waalaikumsalam Warohmatullohi Wabarokaatuh” jawabku. Sambil menaruh  perbekalan kebun, ibuku langsung tahu itu suaraku. “ Kamu dah pulang, jam berapa sampai?” Tanya Ema, “jam sebelas kurang,” jawabku sambil salim cium tangan kepada bapak emaku.  Obrolanpun berlanjut dari mulai bercerita tentang pekerjaanku, hingga menceritakan teman-teman sekampusku yang berpencar menjalankan semua rencananya. Dan akupun tentu saja mengutarakan rencanku kepada bapak emaku.

Hampir satu bulan lamanya, ternyata pekerjaan yang aku rencanakan belum mendapat jawaban, bapak emaku tak keberatan jika aku tak cepat-cepat mendapat pekerjaan. Aku masih dengan kegiatanku layaknya anak kampung yang harus ke kebun membantu orangtuanya. Namun terkadang ya.. ada saja yang mengomentari,  “Anak lulusan kuliahan kok kerjanya di kebun.” Namun hal itu sudah aku anggap biasa. Kabar tentang lamaranku untuk mengajar kini sudah mendapat jawaban, aku diterima di sebuah sekolah dasar yang tak jauh dari rumah. Kegiatan rutin sehari-haripun berubah, aku tak lagi ke kebun setiap pagi, aku sudah mulai mengajar. Namun siang hari sepulang mengajar dan hari libur aku berusaha untuk  tetap berangkat ke kebun hingga sore hari, kemudian selepas magrib aku gunakan untuk mencoba menlanjutkan mengajar ngaji di sebuah masjid yang tak ajuh dari rumah, hitung-hitung aku mengenang kembali pekerjaan yang telah aku lakukan semasa sekolah hingga kuliah dulu.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, perubahan kian terus terjadi, perubahan positif tentunya. Tak disangka, beberapa sekolah swasta yang ada di kampungku mengajakku untuk ikut mengabdi di sana, ya aku adalah lulusan madrasah tsanawiyah.  Sebuah penghormatan dan kebanggaan tersendiri buatku karena aku bisa bergabung mengabdi di sekolahku dulu. Madrasah tsanawiyah masuk pukul 13.00 dan aku rasa aku masih bisa mengajar di sana karena mengajar di SD sampai pukul 12.15 WIB. Sebuah rutinitas kesibukan yang padat, namun aku sangat menyenanginya dan bahkan aku bangga, “Bukankah di setiap do’a orang tua, selalu menyebutkan agar memiliki anak yang sholeh, berbakti kepada keluarga, bermanfaat bagi masyarakat, agama, nusa dan bangsa?’’ aku bertanya kepada diriku sendiri. “ Ya, inilah jawaban do’a kedua orangtuaku.” Akupun menjawabnya sendiri.

Saat istirahat pulang sekolah, tiba-tiba..“Assalamulaikum..” terdengar jelas sekali dekat pintu, “Wa’alaikum salam.., silahkan masuk pak…” jawabku kepada tamu tersebut, dan ternyata ia adalah seorang tokoh pemuda desa. “ Lagi sibuk?” sambil duduk merebahkan punggungnya pada sandaran kursi. “Ah nggak, ya gini ajalah, minum apa ini, kopi ya?’’tawarku. “Boleh..” jawabnya singkat. “Ok, tunggu ya.” Jawabku sambil melangkah menuju dapur untuk membuatkan kopi. Dua gelas kopi menngepul telah tampak di atas meja. Bunyi seruput kopi berssahutan sebagai selingan perbincangan yang kian menghangat. “Jadi gini..” Jaya seolah membuka bab baru dalam obrolan dengan wajah yang kini berubah serius. Ya, tamu itu bernama Jaya, tokoh pemuda di desaku.  “Maksud kedatangan saya ini, yang pertama sekali silaturahmi, lagian kita terhitungnya masih saudara, kemudian yang kedua, kamu mungkin tahu, bahwa desa kita ini sedang berencana akan mekar dari desa induk, nah nanti jika ada undangan mengenai masalah pemekaran desa tolong hadir ya.” Ujarnya dengan penuh harap. “Oh ya, ya, saya baru dengar baru-baru ini.” Jawabku mengiyakan. “ Nah..dari itu, nanti tolong dibantu segala sesuatunya yang menyangkut pengadministrasian pemekaran desa, dan lagi kamukan sudah tahu bagaimana caranya mengoprasikan komputer, jadi ya, bakal banyak yang diketik.” Sambungnya. Obrolanpun terus berlanjut, pembahasan inti dan tujuan telah ia sampaikan, dan akupun telah menangkap maksud dan tujuannya. Hingga ia berpamitan pulang, akupun masih terheran, kenapa aku yang didatangi. “Ah sudahlah, lagi-lagi aku berpikir bahwa inilah jawaban do’a kedua orangtuaku, aku tambah yakin bahwa do’a orang tua itu pasti dikabulkan.” Hati ini terus bermonolog.

Sekitar seminggu ternyata benar, undanganpun sampai. Pembahasanpun benar, tentang pemekaran desa. Dan tak disangka pula, akupun didapuk menjadi sekretaris desa. Entah bagaimana aku mengatur waktu. Pagi di SD, siang di MTs, malam di TPA dan tugas sekretaris desapun menanti. Ternyata kini bukan aku yang mencari pekerjaan, tapi pekerjaan mencariku untuk ditunaikan. Sepintas banyak yang berpikir bahwa bagaimana cara aku mengatur waktu untuk melaknakan tugas itu. Namun seiring berjalannya waktu, semua kewajiban terkait tugas dan kewajibanku dapat aku laksanakan. Ya itu menurutku yang mengalaminya langsung. Tapi ada saja yang mengatakan, bagaimana bisa aku melaksakannya? sedang jam kerja sekretaris desa kala itu tak menentu. Memang tak ada jam wajib berkantor, karena kantor desapun belum ada. Kantorku hanyalah ruang kecil di rumah emaku. Awal pemekaran desa merupakan tugas yang paling berat aku rasakan, merintis struktur pemerintahan, hingga pengadministrasian yang masih meraba-raba. Referensi administrasipun tidak ada, internet belum ada untuk sekedar googling mencari contoh. Yang kutahu hanyalah bagaimana agar pelayanan masyarakat dapat terlayani dengan baik. Selama aku menjabatpun belum ada keluhan yang disampaikan baik langsung maupun tak langsung. Setahun sudah aku menjalani keseharianku dengan tugas yang berbeda-beda. Di desa yang kini sudah definitif, ternyata aku tak hanya mendapat tugas sebagai sekretaris desa, namun juga sebagai Kepala Urusan pemerintahan, Ketua LKD (Lembaga Keuangan Desa), dan pendampung KUBE (kelompok Usaha Bersama).Kegiatan semakin padat, baik yang berkaitan dengan tulis-menulis hingga dalam hal sosialisasi terhadap masyakarat secara verbal. Namun, aku mempunyai prinsip, tugas pokok dan fungsiku yang awal adalah sebagai guru. Aku selalu mengutamakan tugas guruku, kemudian baru tugas yang lain. Tapi tetap saja walaupun aku mempunyai tugas prioritas bukan berarti tugas yang lain terabaikan. Tugasku selalu kupenuhi tepat waktu, walau harus menyita waktu istirhat sehingga terkadang hingga dini hari aku masih tetap bekerja. “Sebenarnya tugasmu itu bagus, banyak, tapi sebetulnya kebanyakan tugas seperti tusuk sate itu tak baik buat karirmu.” Celetuk beberapa orang yang rata-rata mengatakan yang hal yang sama. “Memangnya tujuanmu itu mau di mana? Di sekolah atau di pemerintahan?” banyak pula yang intinya sama mengatakan demikian.  Dan yang mengherankan adalah tak ada yang menyindirku dan mengomentariku ketika aku mengajar TPA. Seorang guru ngaji, yang bermodalkan pengetahuannya tentang sedikit agama dan huruf alif hingga ya, tak ada yang menyindirnya untuk berhenti dan fokus di sekolah saja. Aku masih konsisten hingga saat ini untuk membimbing anak-anak pengguna tusuk sate untuk digunakan menunjuk huruf alif hingga ya pada buku iqoro’ dan Alqur’annya.

Suatu pagi, ada sebuah undangan sosialisasi tentang kepegawaian yang dislenggarakan kecamatan  dengan mengundang pejabat kabupaten bagian kepegawaian pemerintahan. Singkat cerita, “Jadi, bapak/ibu pejabat pemerintahan tak boleh merangkap-rangkap demi kefokusan kinerja” Itulah bagian akhir dari sosialisasi itu. Hal itupun mengundang Tanya bagiku. “Maaf pak, saya menjabat sebagai sekretaris desa, guru SD dan MTs, kemudian malamnya mengajar TPA, di desa saya merangkap sebagai sekretaris desa dan kepala urusan pemerintahan, karena regulasinya yang masih demikian, bagaimana dengan jabatan saya ini?”. “Wah..hebat sekali saudara ini, jadi bagaimana anada mengerjakan bisa mengerjakan itu semua?, bagaiamana jika ada tugas yang berbenturan?, jadi sekali lagi saya ulangi, peraturan ini dibuat agar dapat meningkatkan kinerja bapak/ibu semua dalam tugas dan kewajiban bapak ibu sebagai aparat, silahkan dikonsultasikan bagaimana baiknya kepada pak camat.” Tegasnya.

Sosialisasipun berakhir, seperti arahannya, setelah selesai aku menemui camat. “Gak papa, nanti bapak yang tanggung jawab, toh selama ini tugasmu selesai dan baik-baik saja kan?” tandasnya seolah membela pekerjaanku yang selama ini aku kerjakan. “Nih, bapak kasih seragam sebagai kenangan.” Sambil menyodorkan dua stel baju hansip dan pemda kuning khaki. “Wah makasih pak, tapi terkait peraturan tadi, saya rasa peraturan itu harus saya laksanakan.” Jawabku. “Jadi kamu mau mundur dari semua jabatan sekarang?” tanyanya. “Ya, sepertinya begitu, nanti saya akan beritahukan juga sama Pak Lurah.” Jawabku. “Ya, itu terserah kamu, tapi saran saya jalani saja dahulu.” Sarannya setengah merayu. “ Ya pak termakasih sarannya, dan terimakasih juga seragamnya, mau saya pakek untuk mengajar, mudah-mudahan berkah” Ucapku sambil tersenyum bahagia karena mendapatkan seragam dari orang nomor satu di kecamatan.

Semakin hari, semakin terasa banyak sekali pertimbangan yang menekanku untuk segera mengundurkan diri, karena saking banyaknya yang memintaku untuk segera berhenti dari jabatanku sekarang. Akadang aku berpikir, ini bukan mauku, ini karena permintaan pemuda yang datang kala itu, dan kini menjadi lurah di desaku. Tapi demi kenyamanan, akupun memutuskan untuk berhenti dari jabatan di pemerintahan desa. Namun tugas mengajarku, baik anak-anak pengguna pena dan pengguna tusuk sate tetap aku jalani. Aku yakin keputusanku tetap sesuai harapan dan do’a kedua orang tuaku. Doanya memang terkabul, menginginkan anaknya tetap berguna dan bermanfaat bagi masyarakat,  nusa, bangsa, dan agama.

 

 

Logo Tanggamus (yang Asli)

 


Motto:

Begawi Jejama
(Bahasa Lampung: Bekerja sama)

Semboyan: Tapis Sai Tanggom

Oleh : Saiful Jamil

Tanggamus, masyarakat Lampung mana yang tak mengenal Kabupaten yang kaya akan sumberdaya alam dan budayanya. Bisa jadi, masyarakat luar lampungpun pasti pernah mendengar aatau pernah singgah di Kabupaten Tanggamus  Kabupaten Tanggamus memiliki motto “Begawi Jejama” yang artinya adalah bekerja secara bersama-sama. Motto itu sesuai dengan masyarakat Tanggamus yang mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam melaksanakan pekerjaan untuk mambangun daerahnya. Hal ini masih terlihat pada tatanan budaya yang masih melekat pada masyarakatnya.

 

Kabupaten Tanggamus memiliki semboyan “Tapis Sai Tanggom” Tapis berarti batik khas masyarakat lampung sai memiliki arti yang dan tanggom dalam bahasa Lampung sendiri memiliki arti pantas/ layak, yang berarti produk tapis layak untuk menjadi suatu khas di Lampung.  Jika kita mengelilingi daerah tanggamus maka akan banyak sekali kita jumpai maskot lumba-lumba di setiap Instansi, tempat-tempat pelayanan publik, gerbang, dan tempat penting lainnya. Lumba-lumba merupakan maskot Kabupaten Tanggamus yang sudah sangat terkenal se-Tanggamus hingga di luar daerah Tanggamus. Lumba-lumba merupakan kebanggaan masyarakat Tanggamus yang bisa dinikmati di daerah teluk kiluan. Untuk mengenal lebih jauh Kabupaten Tanggamus.

 

Setiap daerah tentunya mempunyai lambang daerah sebagai ciri yang sarat makna falsafah daerahnya. Lambang daerah juga berkedudukan sebagai tanda identitas daerah. Yang berfungsi juga sebagai pengikat kesatuan sosial budaya masyarakat daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam penggunaan lambang daerah ini, maka sebagai putra daerah, maka sudah menjadi sebuah keharusan dalam memahami isi dari arti lambang daerah tersebut. Adapun pada saat ini, ada beberapa versi yang berbeda terutama mengenai warna dari lambang lambang daerah Kabupaten Tanggamus. Di beberapa situs internet dan beberapa instansi, penggunaan lambang daerah, baik berupa gambar, surat resmi, spanduk, atau papan-papan informasi terkait penggunaan lambang daerah ternyata banyak sekali yang berbeda dari aslinya. Untuk itu saya merasa perlu untuk mencoba memaparkan beberapa perbedaan lambang daerah, dan sekaligus mengonfirmasikan lambang daerah kabupaten tanggamus yang sesuai dengan aslinya. Adapun paparan lambang daerah kabupaten Tanggamus akan dikupas secara rinci dengan penjelasan sebagai berikut:

1.      Lambang Daerah Kabupaten Tanggamus

Jika kita seacrhing atau melakukan pencarian pada internet dengan kata kunci “logo tanggamus” maka akan banyak sekali logo tanggamus yang berbeda-beda. Tentunya masyarakat pengguna banyak yang tidak memperhatikan mana lambang daerah yang asli dan mana yang tidak dibenarkan oleh pemerintah kabupaten tanggamus. Oleh karena itu beberapa gambar lambang Kabupaten Tanggamus sudah mengalami perubahan dipakai dan tersebar baik dalam berupa gambar dan dokumen yang diunggah kedalam jaringan internet.

 


Perlu diketahui bahwa, sebagaimana yang diikutip dari laman https://karta-kotim.desa.id/ Pemkab Tanggamus mengakui ada kesalahan warna dasar pada Lambang Kabupaten Tanggamus yang selama ini beredar. Warna dasar lambang Tanggamus yang berada ditengah seharusnya hijau muda, sementara yang saat ini beredar adalah warna kuning, Warna dasar lambang daerah ada tiga warna, dari kiri hijau tua, hijau muda dan merah, sedangkan yang saat ini beredar warna hijau muda berganti dengan warna kuning. Masih menurut lama tersebut kesalahan terbesar hanya terletak pada warna dasar, yang seharusnya berwarna hijau muda namun yang selama ini beredar berwarna kuning.Warna lainnya juga yang terdapat keliruan terletak pada garis keliling segi lima yang seharusnya juga berwarna kuning, kesalahan ini sudah terjadi  kira-kira selama 13 tahun lalu.

Berikut lambang daerah Kabupaten Tanggamus yang benar dan yang keliru:

Sumber : https://karta-kotim.desa.id/


 Namun pernyataan tersebut di atas, berbanding terbalik pada pernyataan yang ada pada laman wikiapedia.com yang masih mencantumkan lambang kabupaten tanggamus dengan menggunakan kriteria lambang yang dianggap keliru oleh https://karta-kotim.desa.id/, dan tertulis penggunggahannya adalah pada tanggal 17 Februari 2018 sebagai mana terlihat pada gambar berikut:

Namun demikian, yang selama ini disosialisasikan oleh pemerintah Kabupaten Tanggamus adalah penggunaan lambang Daerah Kabupaten Tanggamus baik oleh perangkatnya adalah penggunaan lambang daerah yang benar sebagai mana yang telah ditulis dalam sebuah artikel pada laman https://karta-kotim.desa.id/ dengan penjelasan makna simbol sebagai berikut;

1.1  Arti dan Makna Lambang Daerah Kabupaten Tanggamus

1.1.1        Perisai Segi Lima

Lambang daerah dimulai dari perisai bersegi lima, menggambarkan kesanggupan masyarakat Kabupaten Tanggamus mempertahankan citra dan membina pembangunan daerah yang didiami oleh beberapa unsur golongan masyarakat yang berdasarkan Pancasila. Pada Lambang Daerah.

1.1.2        Tulisan “TANGGAMUS” berwarna merah dengan dasar putih garis tepi yang melingkari lambang daerah berwarna kuning.

1.1.3        Siger

Di dalam lambang daerah bagian atas terdapat siger khas Lampung Pesisir Adat Saibatin. Siger berwarna kuning keemasan dengan (tujuh) buah mahkota merupakan ciri khas pakaian adat Lampung Pesisir Adat Saibatin. Bagian tengah lambang daerah terdapat gunung Tanggamus, laut Semaka dan Pulau Tabuan. Rangkaian daun dan buah kopi serta padi yang pada tangkainya Siwokh terhunus sebagai senjata khas tradisional.

1.1.4        Lalu lambang lainnya yakni biji kopi berjumah 21 buah berwarna merah dan terdapat 3 helai daun berwarna hijau, menerangkan bahwa Kabupaten Tanggamus diresmikan pada tanggal 21 bulan 3 (Maret) dan kopi merupakan salah satu hasil andalan petani daerah ini. Padi berjumlah 97 butir menggambarkan tahun terbentuknya Kabupaten Tanggamus dan merupakan tanaman pokok masyarakat.

1.1.5        “Pita berwarna putih bertuliskan “BEGAWI JEJAMA”. Begawi Jejama bermakna masyarakat daerah ini mengutamakan Persatuan dan Kesatuan dalam melaksanakan pekerjaan untuk mambangun daerahnya. Selanjutnya warna dasar lambang daerah, yakni warna hijau melambangkan kesuburan. Warna hijau muda melambangkan kemuliaan dan kemakmuran. Dan warna merah melambangkan tekad masyarakat untuk membangun daerahnya.

https://www.tanggamus.go.id/#

 silahkan unduh logo Tanggamus yang asli pada tautan berikut: KLIK DISINI

Kamis, 09 Desember 2021

Tentang Saya




Selengkapnya

KUNJUNGI JUGA

Saiful Jamil, lahir di Airbakoman, 10 Agustus1985. Penulis saat ini bertugas di SDN 1 Srimenganten Kecamatan Pulaupanggung Kab. Tanggamus. Dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, Penulis juga aktif organisasi profesi PGRI Cabang Kec. Pulaupanggung, menjabat sebagai sekretaris dan pada Tahun 2021 Menjabat pula sebagai Ketua SLCC PGRI Kab. Tanggamus, sekaligus sebagai tim redaksi Majalah Pelita Tanggamus. 

Penulis juga termasuk anggota dan pengurus   HEPI (Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia). Penulis juga termasuk dalam Tim Penyusun Soal Kabupaten. Penulis juga menjabat Sekretaris pada Guru Penggerak Angkatan 1 Kab.Tanggamus. Selain itu Penulis termasuk Guru Inovator Kab.Tanggamus. 

Adapun karya yang sudah terbit adalah karya buku antologi ber-ISBN yang dihasilkan adalah "Pendidik Cerdas pada Masa Pandemi. Penulis pernah juga mendapat medali perak pada ajang gurulympics yang diselenggara Pengurus Besar PGRI pada tahun 2020 pada cabang olah ilmu, olah karya  olahrasa dan karsa.

Untuk menghubungi penulis dapat melalui no kontak 

WA 081279618098, 

email: jamilsaiful85@gmail.com 

Facebook: jamilsaiful 

Instagram: @jamilsaiful4773,

Blog : https://jamilsaifulmenulis.blogspot.com/2020

Gsite: https://sites.google.com/guru.sd.belajar.id/cgp-jamilsite/beranda

Animasi Bergerak Blog

 

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru

Kumpulan Animasi Untuk Blog Terbaru - Agar blog lebih cantik, tidak ada salahnya jika sobat menambahkan beberapa animasi keren.
Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi beberapa animasi keren yang munkin saja sobat akan tertarik.

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru

Sebelum ke Animasi blog, saya akan memberikan tutorial memasang/Menambah animasi di blog terlebih dahulu:
  • Pertama Login ke blogger
  • Pada menu Dashboard pilih Tata Letak
  • Klik Tambah Gadget dan pilih HTML/JavaScript
  • Copy dan place Script yang saya akan berikan di bawah nanti
  • Lalu Simpan
Nah, silakan pilih kumpulan script Animasi untuk blog di bawah ini dan pasang sesuai tutorial di atas.

 Animasi Pinguin

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru

 <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:110px;height:130px;"><a href="http://http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/00020484.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><ahref="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

 Animasi Anjing Laut

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:110px;height:160px;"><a href="http://http://algofixs.blogspot.co.id//" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/000203B5.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi Bayi Tertawa

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
  <div style="position: fixed; bottom: 0px; right: 20px;width:82px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/0002031F.gif" border="0" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget-Animasi</a></center></small></div>

Animasi SpongeBob Ngantuk

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
  <a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it."><img src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/bob.gif" /></a>

Animasi Sponge Bob Jalan

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru

 <a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it."><img src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/boblari.gif" /></a>

Animasi Boring

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 20px;width:80px;height:120px;"><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank"><img src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/0002016B.gif" border="0" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget-Animasi</a></center></small></div>

Animasi Bunga

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:100px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/00020322.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi Petir

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru

 <a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it."><img src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/Cloudelec.gif" /></a>

Animasi Gokil

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru

 <a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.htmlg src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/Dance.gif" /></a>

Animasi Naga

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:150px;height:130px;"><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/00020478.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi  Gajah

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 20px;width:120px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/000203BC.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget-Animasi</a></center></small></div>

Animasi Sapa


Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/243/th/24365.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi  Panda

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/485/th/48554.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi   Ikan

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:100px;height:130px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/00020479.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi  Berjalan

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <a href="http://algofixs.blogspot.co.id/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it."><img src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/jln.gif" /></a>

Animasi  Joget

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 20px;width:82px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/0002013F.gif" border="0" /></a><small><center><a href="
http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html
" target="_blank">Widget-Animasi</a></center></small></div>

Animasi  Pikachu


Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:125px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/000203A0.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi Kucing Tidur


Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:110px;height:140px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/000203C0.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html"_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi  Helowwin

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://sig.graphicsfactory.com/Halloween/a.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href=http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi  Bayi Ketawa





Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 20px;width:120px;height:100px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/0002031E.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget-Animasi</a></center></small></div>

Animasi  Lumba-lumba

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru

 <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:110px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/000203BA.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi Kucing Main Bola


Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; right: 30px;width:160px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/0002032D.gif" border="0" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget-Animasi-Blog</a></center></small></div>

Animasi  Mini Mouse

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/485/th/48554.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html
" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi  Naruto

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/692/th/69207.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi  Memanah

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:210px;height:120px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/00020236.gif" title="Click to get more." /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Widget Animasi</a></center></small></div>

Animasi  Bear Blue

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 20px;width:100px;height:100px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://content.sweetim.com/sim/cpie/emoticons/0002033D.gif" title="Click to get more." /></a>
 <small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">Free-Widget-Animasi</a></center></small></div>

Animasi Kocak

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/229/th/22949.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>
Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/438/th/43833.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi  Seluncur


Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <a href="http://algofixs.blogspot.co.id/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it."><img src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/Skate.gif" /></a>

Animasi  SpongeBob Menari

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/1028/th/102882.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>


Animasi 2d


Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/0/th/72.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi  Bintang

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/102/th/10221.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

Animasi  Danger




Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/1/th/152.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>


AnimasiMemalu


Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
  <a href="http://algofixs.blogspot.co.id/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it."><img src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/tutuktutuk.gif" /></a>

Animasi Ubur-ubur

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <a href="http://algofixs.blogspot.co.id/2013/05/kumpulan-beberapa-animasi-untuk.html" style="bottom: 5px; display: scroll; left: 5px; position: fixed;" title="Want more... Click it."><img src="http://i1242.photobucket.com/albums/gg532/faizkr8/ubur2.gif" /></a>

Animasi  Zombi

Kumpulan Animasi Bergerak Untuk Blog Terbaru
   <div style="position: fixed; bottom: 0px; left: 10px;width:130px;height:160px;"><a href="http://algofixs.blogspot.co.id/" target="_blank"><img border="0" src="http://s.myniceprofile.com/myspacepic/466/th/46602.gif" title="My widget" alt="animasi bergerak gif" /></a><small><center><a href="http://algofixs.blogspot.com/2017/01/kumpulan-animasi-untuk-blog-terbaru.html" target="_blank">My Widget</a></center></small></div>

3 Nilai Peningkatan Kinerja Guru

  Nilai Peningkatan Kinerja Guru Berdasarkan inspirasi yang didapatkan, perubahan praktik guru di ruang kelas/satuan pendidikan: Pilihan Bel...