Mengenai Saya

Foto saya
Tabik Pun, Saya Saiful Jamil mari berkolaborasi dan berbagi praktik baik

Senin, 29 November 2021

Guru Cerdas Murid Terimbas

 



 


Guru Cerdas Murid Terimbas

Oleh : SAIFUL JAMIL

Guru SDN 1 Srimenganten

Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus - Lampung

 

Setiap sesuatu perkara ataupun maslaah yang dihadapi tentulah ada dan bahkan mengandung hikmah. Itulah kalimat yang sering kita dengar. Kalimat itu berlaku tak terkecuali bagi siapapun yang mau menggali hikmah dan memaknainya dengan baik. Guru, dalam hal sebagai pendidik yang tahu akan arti dari kalimat tersebut di atas tentunya harus memaknainya dan mengambil hikmah dari semua yang sedang terjadi di dunia pendidikan terutama pada masa pandemi seperti sekarang ini.  Guru disuguhkan tantangan yang tidak lagi menghadapi tantangan yang biasa dihadapi sehari-sehari seperti dalam tingkat lokal, tetapi sekarang tantangan dihadapi dalam tingkat nasional bahkan internasional. Tantangan masa sekarang mungkin puluhan bahkan belasan tahun ke belakang belum pernah terjadi pada era sebelum kita yang saat ini masih mengajar. Tantangan itu ialah tantangan di mana guru harus tetap mengajar di masa pandemi yang mewajibkan guru harus tetap mengajar tetapi tidak boleh bertatap muka karena secara langsung dalam rangka memutus mata rantai  penyebaran covid-19.

 

Padat tanggal 16 Maret 2020 diumumkan melalui whatsapp yang bersumber dari petugas yang berwenang, bahwa pembelajaran dialihkan di rumah siswa masing-masing (PJJ), padahal siswa-siswi harus melaksanakan UTS (Ujian tengah Semester) Tahun pelajaran 2019/2020. Tidak hanya proses pembelajaran, administrasipun berubah, seperti dari mulai pembuatan jadwal, hingga pelaporan proses belajar mengajar. Hal ini dirasakan seluruh pengajar dan pelajar secara nasional bahkan internasional. Bahkan menurut data yang bersumber dari media lebih dari 90% populasi siswa di seluruh dunia (lebih dari 1,3 milyar) harus belajar dari rumah (UNESCO, 2020), 96.6% siswa belajar dari rumah (Kemendikbud, 2020). Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) secara tidak langsung menantang guru untuk berusaha mencari solusi terhadap keberlangsungan pembelajaran. Tidak mudah memang, namun harus tetap dilaksanakan. Dalam hal ini, kecerdasan seorang guru dituntut untuk meningkatkan kompetensi di tengah sosialisasi dan solusi yang pada awalnya sangatlah minim, apa dan bagaimana mengatasi pembelajaran jarak jauh agar tetap berlangsung. Guru harus cepat tanggap dalam melayani siswa untuk mendapatkan haknya yaitu mendapatkan pendidikan yang layak.  Guru yang cerdas harua tetap mampu menjalankan tugas dan kewajibannya di tengah pandemi yang melanda dunia. Konsep bermunculan, baik itu home schooling, learning online, home visit, bahkan pembelajaran yang sebenarnya berisiko yaitu Guru Keliling atau “guling”. 

 

Sebagai guru yang hidup pada jaman serba canggih, dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi media sosial baik facebook, messenger, dan whatsapp, penyampaian informasi mengenai pembelajaran online kepada peserta didik dan orang tua/wali murid tentu mungkin bisa saja dilaksanakan. Namun, kendala yang dominan dan sanagatlah klasik yaitu tidak semua peserta didik mempunyai alat telekomunikasi yang memadai teruatama jika kita melihat pembelajaran yang berada di pedesaan atau bahkan di pelosok yang belum terjangkau oleh signal.  Solusi keberlangusngan pembelajaranyang dilakukan oleh guru tentu di tiap daerah akan berbeda sesuai dengan kedaan yang dihadapi. Hal ini akan mudah dipetakan jika seorang guru mau dan mampu untuk memetakan keadaan siswa melalui asessmen non-kognisi yang dilakukan oleh guru. Sehingga pembelajaran akan tetap berjalan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dihadapi dalam masa pandemi. 

 

Bagi seorang guru yang mendapatkan peserta didiknya telah memadai atau sekitar 50% sampai dengan 100% siswanya memiliki gadget atau smartphone dan dengan signal yang memadai dalam penyampaian materi sekaligus evaluasi harus dapat dimanfaakan oleh guru untuk memaksimalkan berbagai aplikasi seperti google classroom, google drive/google formulir, zoom, google meet, kine master dan sebagainya. Kelebihan penggunaan aplikasi kekinian ini tentunya sangat relevan dan mudah diakses oleh guru dan siswa dalam pembelajaran, pembelajaran lebih mudah dan cepat disampaikan, tidak berisiko dalam masa pencegahan penyebaran covid-19 karena guru dan siswa berinteraksi secara virtual dan melalui jaringan, dan yang tak kalah penting dan mempunyai nilai tambah adalah pengetahuan gurudan siswa tentang teknologi akan bertambah. Namun, tidak ada gading yang tak retak, semua itu tak terlepas dari kekurangan dan efek-efek negatif lainnya, seperti kecendrungan peserta didik untuk selalu bergantung pada gadget dan membuat peserta didik menginginkan segala sesuatu secara instan, dan bahkan kecendrungan guru lupa mendidik dibanding mengajar. Merupakan sebuah tugas guru untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan atau dampak negatif dari penggunaan aplikasi dan alat-alat tersebut di atas.

 

Dengan berjalannya waktu, pandemi masih berlangsung, pada tahun pelajaran 2020/2021 berbagai kendala yang dihadapi bermunculan terutama pada proses penyampaian pembelajaran.  Baik dalam hal komunikasi yang minim dengan peserta didik, hingga sarana dan prasarana dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Bukan lagi rahasia umum, bahwa sarana dalam PJJ tentunya tidak terlepas dari alat dan media yang membutuhkan jaringan seperti halnya gadget dan prasarana lainnya yaitu jaringan. Menurut Survei Belajar dari Rumah, Puslitjak Kemendikbud 2020 sebanyak 86,6% siswa di Indonesia baik daerah tertinggal maupun non-tertinggal lebih banyak belajar dengan mengerjakan tugas dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif hanya 38,8% (Kemendikbud, 2020). Di tempat kami, yang noabene kini sudah mempunyai jaringan 4G, tak menjamin berjalannya PJJ dengan mudah.  Ternyata permasalahan tidak hanya pada jaringan, keasadaran orang tua dan peserta didik dalam menjalani proses PJJpun bervariasi.  Pendekatan-pendekatan baik dalam analisis non-kognisi dan kognisipun dipetakan dalam rangka mempermudah menentukan asesmen yang baik dalam membangun keberlangsungan PJJ. Menurut  Survei Suara Guru, pada masa Pandemi Covid-19, GTK 2020 pengeluaran biaya paket internet dan pulsa guru selama masa pandemi rata-rata Rp.190.065 (Kemendikbud 2020).  Hal itupun sejalan dengan asesmen non-koginisi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada wali murid dan hasilnya cenderung sama, yaitu ada gadget, tetapi susahnya menganggarkan untuk biaya paket, dan yang lebih memprihatinkan adalah wali murid yang tidak mau membeli gadget dengan alasan ekonomi dan beranggapan gadget adalah penghambat aktifitas anak dan lebih kepada membuat anak bermalas-malasan. Tentunya dengan beberapa asesmen dan penumbuhan keasadaran sisi baik dari gadget, akhirnya ada beberapa wali murid yang tak sungkan lagi untuk menyediakan fasilitas gadget untuk pembelajaran putra-putrinya dalam masa PJJ.

 

Pada masa ini, guru dituntut untuk berusaha mencari solusi pembelajaran agar bisa keluar dari dilema PJJ.  Dilema tersebut adalah ketika guru dihadapkan pada pengambilan keputusan dalam memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran jarak jauh.  Karena tidak dapat dipungkiri, kesulitan ini dihadapi semua guru yang terimbas karena pandemi ini, hal ini sesuai survei yang telah dilakukan yaitu 53,55% guru kesulitan dalam manajemen kelas selama pembelajaran jarak jauh dan yang dominan terjadi adalah 48,45% guru kesulitan dalam menggunakan teknologi pembelajaran selama pembelajaran jarak jauh (GTK, 2020). Menurut pemantauan dan telaah penulis, masih ada daerah yang belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam hal pembelajaran jarak jauh berupa gadget dan jaringan internet. Solusi bagi guru yang sama sekali tidak menemukan profil peserta didiknya dalam kepemilikan gadget atau smartphone dan dengan signal yang memadai, maka tak ada cara lain selain home visit dengan jadwal bershift harus dilakukan guru dengan efektif dan efesien. Kelebihan dari penggunaan sistem ini, guru dapat mendidik sekaligus memberikan keteladanan, mengajar, dan mendidik secara langsung bahkan dapat mengetahui keadaan peserta didik dan banyak menerima informasi perkembangan peserta didik langsung dari orang tuanya masing-masing. Penyederhanaan tujuan kurikulum sangat dibutuhkan dalam rangka mempercepat proses penyampaian pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat mempersingkat durasi tatap muka yang terbatas.  Dan dalam hal ini, penulis mengharapkan agar perhatian pemerintah dan atau pihak terkait untuk dapat lebih memperhatikan tentang perlunya sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam hal pembelajaran jarak jauh terutama masalah alat komunikasi seperti gadget yang saat ini seharusnya bukanlah sebagai sebuah barang mewah dan merupakan bagian dari kebutuhan dalam rangka mencetak generasi bangsa 4.01. Namun, sekali lagi, guru adalah guru, harus mampu menjalankan tugas dan kewajibannya dalam situasi dan kondisi apapun.  Setiap gerak dan waktunya adalah sebagai pendidik dan pengajar, bagaimanapun keadaannya.

 

Dalam hal ini penulis sebagai guru yang memiliki akses jaringan yang memadai berusaha melakukan refleksi terhadap apa dana bagaimana memanfaatkan dan memberdayakan fasilitas yang ada, maka penulis sedikit demi sedikit mulai mencari celah agar bagaimana pembelajaran jarak jauh ini harus tetap dilaksanakan.  Adapun yang telah dilakukan hingga saat ini adalah;

1)      Memetakan profil siswa melalui asessmen non-kognisi dan membuat kuisioner yang berkaitan dengan keadaan pembelajaran masa pandemi, agar lebih mudah menempatkan pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik dan orang tuanya,

2)      Berusaha menyederhanakan tuntutan kurikulum yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa sesuai dengan profilnya yang diperoleh dari hasil asesmen non-kognisi dengan orang tua siswa dari berbagai aspek,

3)      Berusaha agar setiap arahan, petunjuk, pemberian tugas, dan instruksi-instruksi lainnya mengandung pendidikan dan pembelajaran yang bermakna, yang tidak hanya bersumber dari buku pelajaran, melainkan dari kegiatan siswa sehari-hari agar lebih bermakna,

4)      Berusaha memanfaatkan teknologi dan jaringan internet yaitu melalui pembelajaran yang menggunakan berbagai aplikasi seperti whatsapp, aplikasi google classroom, dan google drive (google form) dalam proses belajar dan evaluasi,  dengan setting pada google form tidak dibatasi satu tanggapan, hanya saja jika berkali-kali melakukan login atau pengerjaan evaluasi yang diambil adalah nilai minimal.

5)      Berusaha memberikan opsi lain, ketika siswa tidak memiliki akses internet karena keterbatasan baiaya pembelian paket internet dengan memanfaatkan messenger group (free) dari media sosial facebook dalam penyampaian informasi terkait proses pembelajaran.

6)      Berusaha menjalin hubungan dengan alumni ataupun aparat setempat (di mana terdapat siswa yang telah berkelompok/bertetangga) dalam rangka membantu penyampaian tugas khusus kepada siswa yang tidak mempunyai gadget, dan agar dapat meminjamkan gadgetnya selama proses evaluasi yang hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit.





 

Usaha-usaha yang telah dilakukan di atas, tentunya bukan semudah menuliskan uraiannya, konsep dan metode terkadang sering tak sesuai dengan harapan, namun setidaknya mendekati kepada tujuan.  Munculnya kendala baru, merupakan sebuah pembelajaran baru, dan mengatasi permasalahan yang baru menjadikan sebuah ilmu baru dari sebuah pengalaman yang tak terlupakan.  Guru harus tetap melaksanakan tugasnya sebagai guru. Wahai guru, “teach must go on” dan pendidikan dari seorang guru tidak akan tergantikan oleh aplikasi maya apapun.  Lalu bagaimana pendidikan ini dapat berdampingan dengan pembelajaran?.  Ini menjadi catatan kembali bagi seorang guru yang sebelum munculnya pandemi, sudah banyak bermunculan aplikasi pembelajaran online yang seakan akan menggerus eksistensi guru yang nyata dan bertatap muka.  Pandemi seakan mendukung beberapa pembuat aplikasi pembelajaran.  Pengetahuan itu penting, tapi mendapatkan pendidikan  itu juga sangat penting. 

 

Dalam menjalankan sebuah proses tentunya terdapat kekurangan dan kelebihan. Tak dapat dipungkiri, setiap alat membawa kebaikan dan keburukan dan hal itu tergantung bagaimana cara kita menggunakan dan memfungsikannya. Sebagai analogi, golok, jika kita gunakan untuk memotong kayu, merapikan pagar hidup, menebang pohon dan sebagainya tentunya mempunyai fungsi yang positif, tapi bila digunakan untuk melukai sesorang maka fungsinya berubah menjadi negatif, sama halnya  smartphone sebagai alat, memanglah alat yang pintar, lalu apakah dengan kepintarannya ia mampu mendidik? Tentu saja tidak!. Hal ini memunculkan celah kekurangan pada alat tersebut. 

 

Pada kenyataannya, orang tua wali murid, banyak yang berkeluh kesah terhadap pembelajaran jarak jauh ini, baik yang daring maupun dalam sistem luring.  Sehingga tak heran pemberitaan tentang PJJ daring dan luring sering kali menghiasi media dengan berbagai variasinya.  Bagaimana bisa itu terjadi? ada kala dengan alasan tujuan mendidik terkadang dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak mendidik, tingkat emosi orang tua yang sebenarnya kurang memahami bagaimana pembelajaran pengetahuan itu diberikan dan dengan metode apa pembelajaran itu disampaikan, membuat sebagian orang tua kewalahan dan banyak menimbukan efek yang berbeda-beda. Semua baru menyadari bahwa mendidik itu tidaklah mudah, mengajarpun tidaklah gampang.  Orang tua yang tidak begitu memperhatikan putra-putrinya dalam belajar, tentu akan memberikan kebebasan anak dalam menggunakan gadget selama 24 jam, dengan alasan alat sedang digunakan dalam belajar.  Pemahaman orang tua tentang gadget dan fungsinyapun seharusnya menjadi hal yang tidak kalah penting dalam memantau aplikasi atau browser apa saja yang telah digunakan oleh anak-anaknya. Lagi-lagi, tugas guru dalam meluruskan dan memberikan pengertian bahwa gadget adalah sebagai alat pembelajaran yang sangat penting jika kita bijak dalam penggunaannya. Guru juga harus mampu meyakinkan siswa bahaya dari negatifnya penggunaan gadget dengan cara yang tidak bijak agar penggunaan oleh siswa dapat lebih efektif.

 

Dengan demikian, guru sebagai garda terdepan dalam membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur, yang harus mampu memberikan teladan yang baik dalam proses pembelajaran PJJ.  PJJ bukan berarti hanya mengajar, tetapi sekaligus mendidik, “mengajar dengan mendidik, dan mendidik dengan mengajar” PJJ jangan menjadi penghalang berinovasi dalam pembelajaran dan pendidikan, justru harus mampu menjadi pengembang pengetahuan baik secara pribadi khususnya dan umumnya berimbas kepada rekan sejawat baik tingkat lokal maupun nasional.



 

Melalui tulisan ini, penulis hanya mampu menyarankan kepada kita semua, agar dapat melaksanakan tugas sebagaimana biasa, hanya mungkin situasinya yang berbeda. Tugas kita adalah mendidik dan mengajar, sudah seyogyanya hal itu dilakukan dengan rasa ikhlas dan tangung jawab yang tinggi, agar citra pendidikan tetap baik dan bahkan meningkat lagi.  Isu-isu negatif tehadap pendidikan, sedikit demi sedikit kita kikis, dan kita tunjukkan bahwa guru itu tak akan tergantikan oleh pranala manapun dengan harapan, “guru cerdas, murid terimbas.”



 

25 komentar:

  1. Mantap Pak Jamil, barokallah. Sangat inspiratif artikelnya.

    BalasHapus
  2. Terus bergerak untuk kemajuan pendidikan Indonesia... Semangat!!!

    BalasHapus
  3. Mantaf, semngat terus berbagi yg baik!

    BalasHapus
  4. Wah pak ternyata blogger juga nih..sukses selalu

    BalasHapus
  5. Mantul, pak Saiful Jamil menginspirasi sekali saya sependapat pk, Sebagai guru yang hidup pada jaman serba canggih, dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi media sosial baik facebook, messenger, dan whatsapp, penyampaian informasi mengenai pembelajaran online kepada peserta didik dan orang tua/wali murid tentu mungkin bisa saja dilaksanakan. Namun, kendala yang dominan dan sanagatlah klasik yaitu tidak semua peserta didik mempunyai alat telekomunikasi yang memadai teruatama jika kita melihat pembelajaran yang berada di pedesaan atau bahkan di pelosok yang belum terjangkau oleh signal. Solusi keberlangusngan pembelajaranyang dilakukan oleh guru tentu di tiap daerah akan berbeda sesuai dengan kedaan yang dihadapi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luar biasa analisisnya pak, betul sekali, maka dari itu mari berinovasi sesederhana dan seoptimal mungkin

      Hapus
  6. Mantap pk Saiful... sangat bermanfaat bagi saya sebagai pendidik

    BalasHapus
  7. Luarbiasa, keren Pak Saiful...lanjutkan inovasi-inovasi nya....

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Tetap semangat dalam pendidikan,Aduhayy mbacanya pakek hp...

    BalasHapus
  10. Mantap pak... ttp berjuang & mengabdi demi mencerdaskan anak-anak bangsa👍💪💪

    BalasHapus
  11. Mantaap pak saipul.. Teruslah berkarya.. Pasti siswa kena imbasnya.. 👍👍

    BalasHapus
  12. Mantap... Keren...Lanjutkan perjuanganmu..

    BalasHapus

Terimakasih telah memberikan komentarnya

Fiqih Puasa

 Fiqih Puasa dalam Islam: Dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Hadis Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat ...