Guru Cerdas Murid Terimbas
Oleh : SAIFUL JAMIL
Guru SDN 1 Srimenganten
Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus - Lampung
Setiap sesuatu perkara
ataupun maslaah yang dihadapi tentulah ada dan bahkan mengandung hikmah. Itulah
kalimat yang sering kita dengar. Kalimat itu berlaku tak terkecuali bagi
siapapun yang mau menggali hikmah dan memaknainya dengan baik. Guru, dalam hal
sebagai pendidik yang tahu akan arti dari kalimat tersebut di atas tentunya
harus memaknainya dan mengambil hikmah dari semua yang sedang terjadi di dunia
pendidikan terutama pada masa pandemi seperti sekarang ini. Guru disuguhkan tantangan yang tidak lagi
menghadapi tantangan yang biasa dihadapi sehari-sehari seperti dalam tingkat
lokal, tetapi sekarang tantangan dihadapi dalam tingkat nasional bahkan internasional.
Tantangan masa sekarang mungkin puluhan bahkan belasan tahun ke belakang belum
pernah terjadi pada era sebelum kita yang saat ini masih mengajar. Tantangan
itu ialah tantangan di mana guru harus tetap mengajar di masa pandemi yang
mewajibkan guru harus tetap mengajar tetapi tidak boleh bertatap muka karena secara
langsung dalam rangka memutus mata rantai
penyebaran covid-19.
Padat tanggal 16 Maret 2020 diumumkan
melalui whatsapp yang bersumber dari
petugas yang berwenang, bahwa pembelajaran dialihkan di rumah siswa masing-masing
(PJJ), padahal siswa-siswi harus melaksanakan UTS (Ujian tengah Semester) Tahun
pelajaran 2019/2020. Tidak hanya proses pembelajaran, administrasipun berubah,
seperti dari mulai pembuatan jadwal, hingga pelaporan proses belajar mengajar.
Hal ini dirasakan seluruh pengajar dan pelajar secara nasional bahkan
internasional. Bahkan menurut data yang
bersumber dari media lebih dari 90% populasi siswa di seluruh dunia (lebih dari
1,3 milyar) harus belajar dari rumah (UNESCO, 2020), 96.6% siswa belajar dari
rumah (Kemendikbud, 2020). Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) secara tidak langsung
menantang guru untuk berusaha mencari solusi terhadap keberlangsungan
pembelajaran. Tidak mudah memang, namun harus tetap dilaksanakan. Dalam hal
ini, kecerdasan seorang guru dituntut untuk meningkatkan kompetensi di tengah
sosialisasi dan solusi yang pada awalnya sangatlah minim, apa dan bagaimana
mengatasi pembelajaran jarak jauh agar tetap berlangsung. Guru harus cepat
tanggap dalam melayani siswa untuk mendapatkan haknya yaitu mendapatkan
pendidikan yang layak. Guru yang cerdas
harua tetap mampu menjalankan tugas dan kewajibannya di tengah pandemi yang
melanda dunia. Konsep bermunculan, baik itu home
schooling, learning online, home visit, bahkan pembelajaran yang sebenarnya
berisiko yaitu Guru Keliling atau “guling”.
Sebagai guru yang hidup pada
jaman serba canggih, dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi
media sosial baik facebook, messenger, dan
whatsapp, penyampaian informasi
mengenai pembelajaran online kepada
peserta didik dan orang tua/wali murid tentu mungkin bisa saja dilaksanakan.
Namun, kendala yang dominan dan sanagatlah klasik yaitu tidak semua peserta
didik mempunyai alat telekomunikasi yang memadai teruatama jika kita melihat
pembelajaran yang berada di pedesaan atau bahkan di pelosok yang belum
terjangkau oleh signal. Solusi
keberlangusngan pembelajaranyang dilakukan oleh guru tentu di tiap daerah akan
berbeda sesuai dengan kedaan yang dihadapi. Hal ini akan mudah dipetakan jika
seorang guru mau dan mampu untuk memetakan keadaan siswa melalui asessmen
non-kognisi yang dilakukan oleh guru. Sehingga pembelajaran akan tetap berjalan
sesuai dengan tingkat kesulitan yang dihadapi dalam masa pandemi.
Bagi seorang guru yang
mendapatkan peserta didiknya telah memadai atau sekitar 50% sampai dengan 100% siswanya
memiliki gadget atau smartphone dan dengan signal yang
memadai dalam penyampaian materi sekaligus evaluasi harus dapat dimanfaakan
oleh guru untuk memaksimalkan berbagai aplikasi seperti google classroom, google drive/google formulir, zoom, google meet, kine master dan sebagainya. Kelebihan
penggunaan aplikasi kekinian ini tentunya sangat relevan dan mudah diakses oleh
guru dan siswa dalam pembelajaran, pembelajaran lebih mudah dan cepat
disampaikan, tidak berisiko dalam masa pencegahan penyebaran covid-19 karena
guru dan siswa berinteraksi secara virtual dan melalui jaringan, dan yang tak
kalah penting dan mempunyai nilai tambah adalah pengetahuan gurudan siswa
tentang teknologi akan bertambah. Namun, tidak ada gading yang tak retak, semua
itu tak terlepas dari kekurangan dan efek-efek negatif lainnya, seperti
kecendrungan peserta didik untuk selalu bergantung pada gadget dan membuat
peserta didik menginginkan segala sesuatu secara instan, dan bahkan
kecendrungan guru lupa mendidik dibanding mengajar. Merupakan sebuah tugas guru
untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan atau dampak negatif dari penggunaan
aplikasi dan alat-alat tersebut di atas.
Dengan berjalannya waktu, pandemi
masih berlangsung, pada tahun pelajaran 2020/2021 berbagai kendala yang
dihadapi bermunculan terutama pada proses penyampaian pembelajaran. Baik dalam hal komunikasi yang minim dengan
peserta didik, hingga sarana dan prasarana dalam proses Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ). Bukan lagi rahasia umum, bahwa sarana
dalam PJJ tentunya tidak terlepas dari alat dan media yang membutuhkan jaringan
seperti halnya gadget dan prasarana
lainnya yaitu jaringan. Menurut Survei
Belajar dari Rumah, Puslitjak Kemendikbud 2020 sebanyak 86,6% siswa di
Indonesia baik daerah tertinggal maupun non-tertinggal lebih banyak belajar
dengan mengerjakan tugas dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif hanya
38,8% (Kemendikbud, 2020). Di tempat
kami, yang noabene kini sudah mempunyai jaringan 4G, tak menjamin berjalannya
PJJ dengan mudah. Ternyata permasalahan
tidak hanya pada jaringan, keasadaran orang tua dan peserta didik dalam
menjalani proses PJJpun bervariasi.
Pendekatan-pendekatan baik dalam analisis non-kognisi dan kognisipun
dipetakan dalam rangka mempermudah menentukan asesmen yang baik dalam membangun
keberlangsungan PJJ. Menurut Survei
Suara Guru, pada masa Pandemi Covid-19, GTK 2020 pengeluaran biaya paket internet dan pulsa guru selama masa
pandemi rata-rata Rp.190.065 (Kemendikbud 2020). Hal itupun sejalan dengan asesmen
non-koginisi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada wali murid dan hasilnya
cenderung sama, yaitu ada gadget,
tetapi susahnya menganggarkan untuk biaya paket, dan yang lebih memprihatinkan
adalah wali murid yang tidak mau membeli gadget
dengan alasan ekonomi dan beranggapan gadget
adalah penghambat aktifitas anak dan lebih kepada membuat anak
bermalas-malasan. Tentunya dengan beberapa asesmen dan penumbuhan keasadaran
sisi baik dari gadget, akhirnya ada
beberapa wali murid yang tak sungkan lagi untuk menyediakan fasilitas gadget untuk pembelajaran putra-putrinya
dalam masa PJJ.
Pada masa ini, guru dituntut
untuk berusaha mencari solusi pembelajaran agar bisa keluar dari dilema PJJ. Dilema tersebut adalah ketika guru dihadapkan
pada pengambilan keputusan dalam memilih metode yang tepat dalam proses
pembelajaran jarak jauh. Karena tidak
dapat dipungkiri, kesulitan ini dihadapi semua guru yang terimbas karena
pandemi ini, hal ini sesuai survei yang telah dilakukan yaitu 53,55% guru kesulitan dalam manajemen kelas selama
pembelajaran jarak jauh dan yang dominan terjadi adalah 48,45% guru kesulitan
dalam menggunakan teknologi pembelajaran selama pembelajaran jarak jauh (GTK,
2020). Menurut pemantauan dan telaah penulis, masih ada daerah yang belum
memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam hal pembelajaran jarak jauh
berupa gadget dan jaringan internet. Solusi
bagi guru yang sama sekali tidak menemukan profil peserta didiknya dalam
kepemilikan gadget atau smartphone dan dengan signal yang
memadai, maka tak ada cara lain selain home
visit dengan jadwal bershift harus
dilakukan guru dengan efektif dan efesien. Kelebihan dari penggunaan sistem
ini, guru dapat mendidik sekaligus memberikan keteladanan, mengajar, dan
mendidik secara langsung bahkan dapat mengetahui keadaan peserta didik dan
banyak menerima informasi perkembangan peserta didik langsung dari orang tuanya
masing-masing. Penyederhanaan tujuan kurikulum sangat dibutuhkan dalam rangka
mempercepat proses penyampaian pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat
mempersingkat durasi tatap muka yang terbatas.
Dan dalam hal ini, penulis mengharapkan agar perhatian pemerintah dan
atau pihak terkait untuk dapat lebih memperhatikan tentang perlunya sarana dan
prasarana yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam hal pembelajaran jarak
jauh terutama masalah alat komunikasi seperti gadget yang saat ini seharusnya bukanlah sebagai sebuah barang mewah
dan merupakan bagian dari kebutuhan dalam rangka mencetak generasi bangsa 4.01.
Namun, sekali lagi, guru adalah guru, harus mampu menjalankan tugas dan
kewajibannya dalam situasi dan kondisi apapun.
Setiap gerak dan waktunya adalah sebagai pendidik dan pengajar,
bagaimanapun keadaannya.
Dalam hal ini penulis sebagai guru yang memiliki akses
jaringan yang memadai berusaha melakukan refleksi terhadap apa dana bagaimana
memanfaatkan dan memberdayakan fasilitas yang ada, maka penulis sedikit demi
sedikit mulai mencari celah agar bagaimana pembelajaran jarak jauh ini harus
tetap dilaksanakan. Adapun yang telah
dilakukan hingga saat ini adalah;
1)
Memetakan profil
siswa melalui asessmen non-kognisi dan membuat kuisioner yang berkaitan dengan
keadaan pembelajaran masa pandemi, agar lebih mudah menempatkan pembelajaran sesuai
dengan situasi dan kondisi peserta didik dan orang tuanya,
2)
Berusaha
menyederhanakan tuntutan kurikulum yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa sesuai dengan profilnya yang diperoleh dari hasil asesmen non-kognisi
dengan orang tua siswa dari berbagai aspek,
3)
Berusaha agar setiap arahan, petunjuk, pemberian tugas, dan
instruksi-instruksi lainnya mengandung pendidikan dan pembelajaran yang
bermakna, yang tidak hanya bersumber dari buku pelajaran, melainkan dari
kegiatan siswa sehari-hari agar lebih bermakna,
4)
Berusaha memanfaatkan teknologi dan jaringan internet yaitu melalui
pembelajaran yang menggunakan berbagai aplikasi seperti whatsapp, aplikasi google
classroom, dan google drive (google
form) dalam proses belajar dan evaluasi,
dengan setting pada google form tidak dibatasi satu
tanggapan, hanya saja jika berkali-kali melakukan login atau pengerjaan
evaluasi yang diambil adalah nilai minimal.
5)
Berusaha memberikan opsi lain, ketika siswa tidak memiliki akses internet
karena keterbatasan baiaya pembelian paket internet dengan memanfaatkan messenger group (free) dari media
sosial facebook dalam penyampaian
informasi terkait proses pembelajaran.
6)
Berusaha menjalin hubungan dengan alumni ataupun aparat setempat (di mana
terdapat siswa yang telah berkelompok/bertetangga) dalam rangka membantu
penyampaian tugas khusus kepada siswa yang tidak mempunyai gadget, dan agar dapat meminjamkan gadgetnya selama proses evaluasi yang hanya memerlukan waktu
sekitar 20 menit.
Usaha-usaha yang telah
dilakukan di atas, tentunya bukan semudah menuliskan uraiannya, konsep dan
metode terkadang sering tak sesuai dengan harapan, namun setidaknya mendekati
kepada tujuan. Munculnya kendala baru,
merupakan sebuah pembelajaran baru, dan mengatasi permasalahan yang baru
menjadikan sebuah ilmu baru dari sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Guru harus tetap melaksanakan tugasnya
sebagai guru. Wahai guru, “teach must go
on” dan pendidikan dari seorang guru tidak akan tergantikan oleh aplikasi
maya apapun. Lalu bagaimana pendidikan
ini dapat berdampingan dengan pembelajaran?.
Ini menjadi catatan kembali bagi seorang guru yang sebelum munculnya
pandemi, sudah banyak bermunculan aplikasi pembelajaran online yang seakan akan
menggerus eksistensi guru yang nyata dan bertatap muka. Pandemi seakan mendukung beberapa pembuat
aplikasi pembelajaran. Pengetahuan itu
penting, tapi mendapatkan pendidikan itu
juga sangat penting.
Dalam menjalankan sebuah
proses tentunya terdapat kekurangan dan kelebihan. Tak dapat dipungkiri, setiap
alat membawa kebaikan dan keburukan dan hal itu tergantung bagaimana cara kita
menggunakan dan memfungsikannya. Sebagai analogi, golok, jika kita gunakan
untuk memotong kayu, merapikan pagar hidup, menebang pohon dan sebagainya
tentunya mempunyai fungsi yang positif, tapi bila digunakan untuk melukai
sesorang maka fungsinya berubah menjadi negatif, sama halnya smartphone
sebagai alat, memanglah alat yang pintar, lalu apakah dengan kepintarannya ia
mampu mendidik? Tentu saja tidak!. Hal ini memunculkan celah kekurangan pada
alat tersebut.
Pada kenyataannya, orang tua
wali murid, banyak yang berkeluh kesah terhadap pembelajaran jarak jauh ini,
baik yang daring maupun dalam sistem luring.
Sehingga tak heran pemberitaan tentang PJJ daring dan luring sering kali
menghiasi media dengan berbagai variasinya.
Bagaimana bisa itu terjadi? ada kala dengan alasan tujuan mendidik
terkadang dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak mendidik, tingkat emosi
orang tua yang sebenarnya kurang memahami bagaimana pembelajaran pengetahuan
itu diberikan dan dengan metode apa pembelajaran itu disampaikan, membuat
sebagian orang tua kewalahan dan banyak menimbukan efek yang berbeda-beda. Semua
baru menyadari bahwa mendidik itu tidaklah mudah, mengajarpun tidaklah
gampang. Orang tua yang tidak begitu
memperhatikan putra-putrinya dalam belajar, tentu akan memberikan kebebasan
anak dalam menggunakan gadget selama
24 jam, dengan alasan alat sedang digunakan dalam belajar. Pemahaman orang tua tentang gadget dan fungsinyapun seharusnya
menjadi hal yang tidak kalah penting dalam memantau aplikasi atau browser apa saja yang telah digunakan
oleh anak-anaknya. Lagi-lagi, tugas guru dalam meluruskan dan memberikan pengertian
bahwa gadget adalah sebagai alat
pembelajaran yang sangat penting jika kita bijak dalam penggunaannya. Guru juga
harus mampu meyakinkan siswa bahaya dari negatifnya penggunaan gadget dengan cara yang tidak bijak agar
penggunaan oleh siswa dapat lebih efektif.
Dengan demikian, guru
sebagai garda terdepan dalam membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti
luhur, yang harus mampu memberikan teladan yang baik dalam proses pembelajaran
PJJ. PJJ bukan berarti hanya mengajar, tetapi
sekaligus mendidik, “mengajar dengan
mendidik, dan mendidik dengan mengajar” PJJ jangan menjadi penghalang
berinovasi dalam pembelajaran dan pendidikan, justru harus mampu menjadi
pengembang pengetahuan baik secara pribadi khususnya dan umumnya berimbas
kepada rekan sejawat baik tingkat lokal maupun nasional.
Melalui tulisan ini, penulis
hanya mampu menyarankan kepada kita semua, agar dapat melaksanakan tugas
sebagaimana biasa, hanya mungkin situasinya yang berbeda. Tugas kita adalah
mendidik dan mengajar, sudah seyogyanya hal itu dilakukan dengan rasa ikhlas
dan tangung jawab yang tinggi, agar citra pendidikan tetap baik dan bahkan
meningkat lagi. Isu-isu negatif tehadap
pendidikan, sedikit demi sedikit kita kikis, dan kita tunjukkan bahwa guru itu
tak akan tergantikan oleh pranala manapun dengan harapan, “guru cerdas, murid
terimbas.”
Kereeen.... Suka suka suka
ReplyDeleteMantap Pak Jamil, barokallah. Sangat inspiratif artikelnya.
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteTerus bergerak untuk kemajuan pendidikan Indonesia... Semangat!!!
ReplyDeleteInspiratif
ReplyDeleteMantaf, semngat terus berbagi yg baik!
ReplyDeleteWah pak ternyata blogger juga nih..sukses selalu
ReplyDeleteFoll back nggih pak hehheheh
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deletesaiutami.blogspot.com
DeleteMantap
ReplyDeleteMantul, pak Saiful Jamil menginspirasi sekali saya sependapat pk, Sebagai guru yang hidup pada jaman serba canggih, dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi media sosial baik facebook, messenger, dan whatsapp, penyampaian informasi mengenai pembelajaran online kepada peserta didik dan orang tua/wali murid tentu mungkin bisa saja dilaksanakan. Namun, kendala yang dominan dan sanagatlah klasik yaitu tidak semua peserta didik mempunyai alat telekomunikasi yang memadai teruatama jika kita melihat pembelajaran yang berada di pedesaan atau bahkan di pelosok yang belum terjangkau oleh signal. Solusi keberlangusngan pembelajaranyang dilakukan oleh guru tentu di tiap daerah akan berbeda sesuai dengan kedaan yang dihadapi.
ReplyDeleteLuar biasa analisisnya pak, betul sekali, maka dari itu mari berinovasi sesederhana dan seoptimal mungkin
DeleteMantap pak
ReplyDeleteMantap pk Saiful... sangat bermanfaat bagi saya sebagai pendidik
ReplyDeleteLuarbiasa, keren Pak Saiful...lanjutkan inovasi-inovasi nya....
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTetap semangat dalam pendidikan,Aduhayy mbacanya pakek hp...
ReplyDeleteMantap pak... ttp berjuang & mengabdi demi mencerdaskan anak-anak bangsa👍💪💪
ReplyDeleteMantaap pak saipul.. Teruslah berkarya.. Pasti siswa kena imbasnya.. 👍👍
ReplyDeleteKereen... Inspiratif
ReplyDeleteMantab. lanjutkan!
ReplyDeleteSangat keren ,, lanjutkan pak
ReplyDeleteMantap... Keren...Lanjutkan perjuanganmu..
ReplyDelete