Thursday, August 19, 2021

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 

Potret pendidikan Indonesia sejak zaman kolonial hingga kini

Bapak/Ibu CGP, mengawali refleksi filosifis Pendidikan Indonesia, Anda diminta untuk menyimak video "Pendidikan Zaman Kolonial" di bawah ini. Bapak/Ibu CGP dapat melihat perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun 1922

1.    Bagian mana yang paling menarik? Mengapa?

Bagian yang paling menarik menurut saya adalah pada bagian bahwa para pejuang pendidikan walaupun pada masa penjajahan dengan kebebasan mendapatkan pendidikan yang terbatas dan dihantui oleh rasa takut, ancaman, dan mempertaruhkan jiwa dan raga, tetapi, para tokoh penggerak pendidikan tetap mengadakan pendidikan walau hanya terdiri dari 3 kelas

2.    Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial?

Tujuan pendidikan zaman kolonial adalah untuk mendidik para putra bangsawan dan pejabat pemerintah kolonial agar dapat melanjutkan kekuasaan pemerintah kolonial, dan menempatkan para lulusannya pada jabatan-jabatan kolonial agar tunduk dan patuh terhadap pemerintahan kolonial.

3.     Apa persamaan dan perbedaan antara situasi Pendidikan jaman Kolonial dan situasi Pendidikan Indonesia saat ini?

Persamaannya adalah pada zaman kolonial sama-sama belajar dengan menggunakan tujuan sepihak, yaitu ingin mendidik peserta didiknya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan, untuk  mengisi jabatan-jabatan kolonial, dan buruh-buruh pabrik kolonial, sedangkan perbedaan dengan pendidikan situasi Pendidikan Indonesia saat ini adalah pembelajaran saat ini tidak pandang bulu dan semua peserta didik mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan yang dijamin undang-undang, pendidikan tidak hanya milik anak-anak dari para bangsawan, pejabat pemerintah dan atau golongan tertentu, dan tujuannya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Tanggapan Reflektif

Terima kasih telah melakukan refleksi  diri terhadap perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum Kemerdekaan dan membandingkannya dengan kondisi pendidikan saat ini pada konteks sekolah Anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan.. 

Bapak/Ibu CGP, untuk memahami secara garis besar pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara (KHD). Anda akan mengakses materi-materi yang tersedia dan 2 tulisan Ki Hadjar Dewantara pada halaman berikutnya, untuk memahami pemikiran-pemikiran filosofi pendidikan KHD.

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding)memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009),  “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding)memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009),  “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Dasar Dasar Pendidikan

Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Budi Pekerti

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia.

Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya.

Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Dasar-Dasar Pendidikan

Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu CGP diminta untuk mencermati bahan bacaan berikut.

https://drive.google.com/file/d/1okzLezFvej7E7_57WO5BHQb5nEW6GDrs/view

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak

Selanjutnya, untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu CGP diminta untuk mencermati bahan bacaan berikut.

https://drive.google.com/file/d/156WiHJTf4BhXwV8KmyMROLsn43eVCztQ/view

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Kerangka pemikiran KHD

Bapak/Ibu CGP, untuk memahami secara garis besar Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), Anda diminta untuk mencermati kumpulan tulisan Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan telah disajikan secara lengkap dalam buku terbitan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Buku yang diterbitkan pada tahun 1961 tersebut bertajuk “Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan”. Beberapa tokoh, misalnya Bartolomeus Samho (2013), juga menuliskan catatannya mengenai pemikiran KHD. 

Dalam video berikut, Bapak Iwan Syahril menyampaikan intisari dan interpretasi beliau atas filosofi pendidikan nasional gagasan KHD.

https://youtu.be/-o6z3u_zsYs

1.1..a.4. Eksplorasi Konsep - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Top of Form

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah Anda menonton dan menyimak video penjelasan Filosofis Pendidikan KHD serta membaca tulisan KHD, Anda diminta untuk mem berikan tanggapan refleksi kritis dalam bentuk rekaman audio/video pendek dengan menggunakan kamera telepon pintar Anda dengan durasi 2 menit hingga 3 menit (maksimum 4 menit) yang memberikan ilustrasi diri Anda sebagai “Pembelajar Merdeka” yang dapat menginternalisasi semboyan  “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.

Tanggapan reflektif-kritis Anda sejatinya memberikan perspektif yang menguatkan angan-angan Anda sebagai seorang pendidik dan pembelajar. Berikut ini panduan pertanyaan yang dapat digunakan dalam membuat rekaman refleksi kritis. 

  1. Apakah intisari pemikiran KH Dewantara tentang pendidikan?  
  2. Ceritakan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara?
  3. Apa yang akan lakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud?
  4. Dari konsep pemikiran KHD tersebut, mana yang sudah Anda terapkan?

Silahkah unggah hasil rekaman Anda dengan memilih tombolpada kolom dibawah ini.

1.1..a.4.1. Forum Diskusi Refleksi Kritis tentang Pemikiran KHD di Ruang Diskusi Virtual

Durasi : 2 JP (90 menit)

Moda: Mandiri & Diskusi di Ruang Virtual

Tujuan Pembelajaran Khusus:  Peserta mampu memberikan perspektif refleksi kritis tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hadjar Dewantara dalam forum diskusi.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Pada Pembelajaran kali ini, Anda berlatih membangun kerangka berpikir dan menyampaikan ide serta gagasan berdasarkan pemahaman dan internalisasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam ruang diskusi virtual. 

Diskusi di ruang virtual ini melatih Anda untuk lebih seksama menyimak setiap jawaban dari rekan Anda kemudian memberi tanggapan positif untuk memberi penguatan bagi sesama rekan Anda untuk kritis dan reflektif terhadap ide dan gagasan yang disampaikan. Diskusi akan dilakukan di dalam kelompok-kelompok kecil 

Berikut adalah pertanyaan reflektif terkait pemahaman Anda mengenai pemikiran filosofis KHD. 

1.       Ceritakan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara?

Proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD:

Rencana pembelajaran yang fleksibel dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik  sesuai dengan kognisi peserta didik, non koginisi peserta didik, dalam hal ini kodrat alam dan kodrat zaman harus diperhatikan agar dapat mudah dalam penyesuaiannya. Guru memberikan materi dengan tidak memaksakan kehendak, mengajar dengan Proses pembelajaran yang bermakna, artinya setiap tahapan proses pembelajaran mengandung unsur kebermaknaan baik dalam pendahuluan, isi, penutup.

 

2.    Apa yang akan dilakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud pada konteks kelas dan sekolah?

Rencana pembelajaran dibuat berdasarkan kurikulum dan tidak hanya mengacu pada hasil kognisi anak, melainkan lebih mementingkan pula dalam hal proses pembelajaran, baik dalam berinteraksi dalam menyelesaikan tugas sebagai individu, berinteraksi dalam kelompok, dan berinteraksi dengan guru. Rencana pembelajaran dibuat berdasarkan keadaan profil siswa yang tidak terikat sistem (formatis) dan cenderung administratif saja, artinya tahapan pembelajaran yang tidak terikat tuntutan format dan lebih fleksibel , karena respon dalam pembelajaran akan berbeda-beda pada sesuai dengan karakter peserta didik.

 

Dalam pendahuluan, guru harus mampu mengkondisikan anak dengan melakukan pembiasaan berdo’a (afektif), mengajak melantunkan lagu kebangsaan (memayu hayuning bongso), otentisitas mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari (memayu hayuning sariro), saintifitas dengan membebaskan peserta didik berpendapat tentang materi yang akan disampaikan (merdeka belajar). Dalam isi pembelajaran, peserta didik mampu menunjukkan karakternya sebagai cermin dalam hasil pembelajaran, dan dalam bagian penutup ada minimal satu hasil yang dapat diterapkan sebagai tuntunan hidup baik ketika siswa berinteraksi dalam kesehariannya sehingga dikemudian hari peserta didik dalam selamat dan bahagia hidupnya.

 

 


Petunjuk Pelaksanaan Diskusi:

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, diskusi ruang virtual akan dipandu oleh Instruktur dengan tahapan sebagai berikut:

  • Presentasi Materi  (20’) 

Instruktur mempresentasikan materi Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) selama 20 menit untuk memberikan penguatan pemahaman peserta terhadap pemikiran-pemikiran KHD.


  • Diskusi Kelompok (15’)
  1. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil melalui aplikasi Zoom (Breakout Session).
  2. Peserta mendiskusikan pertanyaan pemantik yang diberikan.
  3. Peserta mempersiapkan hasil diskusi kelompok untuk dipresentasikan.
  • Berbagi (25’)

Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok dalam kurun waktu 4 menit.

  • Tanya Jawab (10’)

Saya ingin bertanya:

Pertanyaan reflektif:

1. Dalam rangka menerapkan teori  trikon KHD apa saja cara-cara nyata dalam dunia  pendidikan saat ini? Bagaimanakah cara membuat batasan-batasannya yang terintegtasi dalam kurikulum, agar dalam pengimplementasiannya tidak keluar dari koridor?

 

2. Apa yang menunjukkan RPP yang kita buat sudah mencakup 3 aspek berikut ini:

Hamemayu hayuning sariro

Hamemayu hayuning bongso

Hamemayu hayuning buwono

 

3. Kurikulum di Indonesia sudah lama merevisi beberapa sistem, kompetensi yang ingin dicapai, dan metode penerapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kurikulum tersebut,  16 tahun kebelakang hingga sekaran, seperti kurikulum 94, KBK, KTSP, hingga K13. Semuanya sudah tentu mempertimbangkan dan bersasarkan pemikiran dari KHD, dan dengan menyesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman, bagaimanakah ciri dan apa yang membuat kurikulum cenderung cepat direvisi?

 

Instruktur memberikan waktu kepada setiap peserta untuk bertanya dan berbagi cerita dan pengalaman terkait pembelajaran yang diperoleh dalam ruang diskusi.

  • Umpan Balik (15’)

Instruktur memberi umpan balik penguatan terhadap hasil diskusi kelompok.

  • Penutup (05’)

Instruktur menutup kegiatan pembelajaran Eksplorasi Konsep Refleksi Kritis Pemikiran KHD

 

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah memberikan komentarnya